Senin, 15 Desember 2014

2014-2015

Namaku Tini, aku bekerja
sebagai sekretaris di sebuah
perusahaan pelayaran kapal
barang. Umurku waktu
menikah adalah 28 tahun,
tapi aku kehilangan
keperawananku pada umur
23 tahun saat aku berkerja
sebagai sekretaris di sebuah
perusahaan telekomunikasi.
Di bawah ini adalah ceritaku
mengenai pengalaman
seksku yang pertama.
-------- oo0oo ---------
Hari ini adalah hari terakhir
bossku ada di kantor cabang
Bandung ini, karena mulai
besok beliau akan digantikan
oleh orang baru yang dipilih
oleh kantor pusat. Bossku
memang mendapat promosi
dari kepala cabang di
Bandung menjadi direktur di
Jakarta. Padahal aku belum
sampai dua bulan bekerja
sebagai sekretaris di sini,
sehingga selain harus
beradaptasi dengan tempat
kerja yang baru aku juga
harus beradaptasi dengan
boss baru. Di tempat kerjaku
ini, aku adalah karyawan yang
paling muda karena karyawan
lainnya rata-rata 10 tahun
lebih tua.
Calon boss yang baru juga
sudah datang karena hari ini
akan menjadi hari serah
terima de facto kantor cabang
Bandung dari boss lama ke
boss yang baru. Ternyata
boss baru ini masih muda,
umurnya masih sekitar 26-27
tahun dengan badan yang
tinggi besar dan cukup
tampan dengan kumisnya
yang tebal. Pak Yanto adalah
nama boss baruku itu, beliau
sudah berkeluarga dengan
dua anak ; seorang putri dan
seorang putra.
Pak Yanto ternyata membawa
gaya kepemimpinan yang
sama sekali berbeda dan
membawa moderenisasi
dalam bekerja. Karyawan-
karyawan yang asalnya
terbiasa dengan kerja
individual sekarang dipaksa
kerja secara kolektif dalam
suatu team work. Semua
karyawan tanpa kecuali harus
melek teknologi dan untuk itu
boss baru tidak segan-segan
turun sendiri mengajari.
Sebagai sekretaris akupun
banyak belajar dari beliau
tetang berbagai hal dan
karena aku adalah karyawan
yang paling sering
berinteraksi dengan beliau
tentunya aku punya paling
banyak kesempatan untuk
belajar .
Pelahan-lahan mulai muncul
rasa kagumku pada pak Yanto
dan mulai mengidamkan
mendapatkan jodoh seperti
beliau atau mendekati
kemampuan beliau. Berbeda
dengan karyawan pria lain
yang suka memandang
rendah bahkan melecehkan
sesama karyawan wanita, pak
Yanto sangat santun kepada
wanita baik itu karyawannya
maupun bukan. Hal ini
membuat muncul rasa
sayangku pada pak Yanto
karena aku merasa bisa
berlindung kepada beliau.
Kombinasi rasa hormat,
kagum dan sayang membuat
aku merasa selalu ingin dekat
dengan beliau, sehingga saat
kami sedang berdua aku
kadang-kadang bersikap agak
manja dan kelihatannya
beliau tidak keberatan.
Lambat laun aku mulai
melihat bahwa pak Yanto pun
mulai merasa nyaman kalau
dekat dengan aku. Walaupun
demikian kesempatan kami
bisa berdua hanya saat
berada di kantor saja
sehingga semua urusan
adalah berkaitan dengan
pekerjaan dan pak Yanto tidak
pernah mencoba mengajakku
keluar berdua selain karena
urusan kantor.
Hingga pada suatu waktu
kantor Bandung harus
bertindak sebagai tuan rumah
pelatihan produk baru dari
perusahaan dan pada akhir
acara semua peserta ingin
berwisata ke Ciater Subang.
Walaupun aku bukan peserta
training, tapi sebagai wakil
panitia aku harus menemani
mereka berwisata ke sana.
Seperti yang aku khawatirkan
sebelumnya, sebagai wanita
satu-satunya dimana peserta
lainnya adalah pria, aku
menjadi bulan-bulanan yang
cenderung melecehkan.
Untung saja pak Yanto segera
melihatnya sehingga bisa
menarikku dan mengajakku
pulang lebih awal karena
teman-teman kantor
Bandung yang lain pun tidak
bisa diandalkan untuk
melindungi aku. Akhirnya aku
pulang berduaan saja dengan
pak Yanto dan pada
kesempatan sepanjang
perjalanan kembali ke
Bandung kami manfaatkan
untuk mengobrolkan hal-hal
diluar perkerjaan bahkan ke
hal-hal yang agak pribadi.
“Udah hampir sampai
Bandung nih …” kata pak
Yanto “Enaknya ke mana dulu
ya ?”
“Lho … kenapa ga langsung
pulang ? ” Kataku keheranan
“Bukankah bapak biasa ada
acara bersama keluarga kalau
malam minggu seperti
sekarang ?”
“Saya sudah tanggung nih ijin
pulang malam ke istriku
untuk nemenin orang-orang
tadi” jelas pak Yanto
“Kalau begitu terserah bapa
saja deh …” kataku dengan
perasaan campur aduk antara
senang bisa bersama beliau di
malam minggu dengan rasa
takut bepergian dengan
suami orang.
“Okay … Jadi malam ini kita
akan malam mingguan
berdua ya ” Sahut beliau
sambil tersenyum.
Malam itu kami seperti orang
yang baru jadian pacaran,
walaupun masih serba
canggung tapi penuh dengan
gairah yang menggebu.
Apalagi beliau juga langsung
bergerak cepat dengan tidak
ragu-ragu lagi untuk
memeluk dan menciumi
pipiku setiap ada
kesempatan.
Menjelang tengah malam pak
Yanto mengantarkanku
pulang dan untuk pertama
kalinya aku merasakan
ciuman bibir dari laki-laki di
dalam mobil sesaat sebelum
masuk ke rumah.
Semalaman aku hampir tidak
bisa tidur karena semua
kejadian beberapa jam
bersama bossku itu seperti
diputar berulang-ulang
dikepalaku. Perasaanku
sangat bahagia karena
langsung dimabuk cinta
walaupun itu cinta terlarang.
Selama ini aku tidak pernah
benar-benar pacaran dengan
beberapa pria yang
bergantian mencoba
mendekatiku, mereka hanya
aku jadikan teman dekat
sampai mereka menjauh
sendiri.
Sejak hari itu pak Yanto selalu
mengajakku keluar setiap hari
Sabtu, kebanyakan hanya dari
pagi sampai sore, jarang
sekali bermalam mingguan
lagi. Kadang-kadang kami
juga keluar malam
sepulangnya dari kantor
untuk nonton filem di bioskop
atau makan malam bareng.
Walaupun demikian aku
menganggap kami sudah
“jadian”, apalagi pak Yanto
sudah mengajari aku
berciuman bibir dengan
permainan lidahnya.
Tidak sampai sebulan
payudaraku sudah mulai di
remas-remasnya ketika kami
berciuman. Waktu pertama
kali dilakukan hanya dari luar
baju tapi untuk yang
selanjutnya sudah merogoh
langsung ke balik BHku
setelah melepas kancing baju
dan mengangkat cup BHku.
Terus terang aku sama sekali
tidak memberikan penolakan
atas aksi bossku yang ini
karena aku sendiri sangat
menikmatinya, apalagi kalau
remasannya diselingi
permainan jari-jarinya pada
putingku.
Tidak puas dengan meremas
payudaraku, beliau juga mulai
mengusap-usap vaginaku
kalau aku kebetulan sedang
memakai rok. Untuk aksi
beliau ini aku sempat
menolak karena aku masih
perawan dan itu yang
kusampaikan kepadanya, tapi
bossku bilang bahwa dia
hanya akan mengusapnya
dari luar celana dalam saja
tidak sampai menyentuh
langsung vaginaku. Walaupun
awalnya ragu-ragu tapi
akhirnya aku
“mengijinkannya” apalagi
ternyata sentuhan beliau pada
vagina membuat aku mulai
mengenal apa yang namanya
orgasme.
“Bapaaaa… Tini sudah ga
tahaaannnn” itulah teriakan
khasku pada saat mencapai
orgasme yang terasa seperti
sangat ingin pipis tetapi
penuh kenikmatan. Kata
bossku aku mempunyai libido
yang tinggi karena cukup
dengan ciuman panjang
dengan remasan di payudara
dan permainan jari diluar
vagina, aku bisa mencapai
orgasme berkali-kali sampai
celana dalamku basah kuyup
seperti ngompol tapi
cairannya lebih kental dan
sangat lengket.
Sebenarnya aku sangat risi
karena kami selalu
melakukannya di dalam mobil
yang diparkir di tempat
umum atau di ruangan beliau
di kantor. Apalagi biasanya
dalam sekejap pak Yanto bisa
membuat bajuku berantakan.
Tapi dengan hubungan cinta
terlarang seperti kami hampir
tidak mungkin melakukannya
di rumah sampai akhirnya tiba
hari itu …
Pada suatu hari aku beri tahu
pak Yanto bahwa pada
minggu ini aku hanya hanya
sendirian di rumah sampai
hari Minggu karena orang-
orang rumah sedang mudik
ke Bumi Ayu (Jawa Tengah)
kampung halamanku. Jadi
aku menawarkan ke beliau
untuk kencan di rumahku saja
sekalian menemani aku
menjaga rumah. Saat itu
hubungan kami sudah
berjalan hampir tiga bulan
dan aku sama sekali tidak
memikirkan kemungkinan
apa yang akan terjadi kalau
hanya berduaan dengan
bossku di rumah yang
kosong.
Hari Sabtu pagi aku sudah tak
sabar menunggu pak Yanto di
rumahku, ada perasaan
senang di hatiku karena akan
bisa berkencan dengan beliau
tanpa ada rasa khawatir
seperti yang biasa kami
lakukan. Rasa senang ini
menimbulkan rasa kangen
yang amat sangat kepada pak
Yanto, padahal baru kemarin
kami bercumbu di mobil saat
diantarnya pulang. Akhirnya
beliau datang juga dengan
menenteng satu kantung kecil
warna gelap (yang
belakangan kuketahui berisi
kondom dan pelumas). Sesuai
permintaanku sebelumnya
beliau memarkir mobilnya
agak jauh dari rumahku
supaya tetap memberi kesan
rumahku kosong sehingga
kencan kami tidak terganggu
oleh saudara atau teman yang
tiba-tiba datang berkunjung.
Setelah mengunci pagar dari
arah luar dan mengunci pintu
masuk, aku langsung
menubruk dan memeluk pak
Yanto yang saat itu sedang
meletakkan kunci mobil dan
tas kecilnya di atas meja
makan. Beliau langsung
membalasnya dengan
menciumku penuh
kehangatan seolah-olah juga
baru bertemu kembali
denganku. Dengan tanpa
melepaskan pangutan dibibir,
kami kemudian bergerak
untuk duduk di karpet depan
pesawat TV. Pak Yanto
sengaja mendudukkan aku di
atas bantal-bantal yang ada
supaya tinggi kami menjadi
seimbang.
Setelah puas melepas kangen
dengan berciuman, pak Yanto
kemudian melepas bajuku
kemudian BHku pun
dilepasnya sehingga bagian
atas tubuhku kini telanjang.
Aku hanya bisa tertunduk
malu karena selama ini belum
pernah bercumbu sampai
benar-benar melepaskan
baju. Setelah aku tunggu
beberapa saat aku mulai
merasa heran karena pak
Yanto tidak juga segera
beraksi setelah menelanjangi
bagian atas tubuhku. Aku
coba memberanikan diri
mengangkat mukaku untuk
melihat ke arah beliau,
ternyata pak Yanto sedang
mengamati dengan seksama
payudaraku dengan ekspresi
kagum. Bossku ini rupanya
juga sudah melepas baju
atasnya sehingga kami sama-
sama bertelanjang dada
sekarang.
“Tini, aku baru sadar ternyata
besar sekali payudara kamu !”
akhirnya beliau berkomentar
“Bukan sekedar besar tetapi
benar-benar hampir bulat
sempurna dengan letak
putting di tengah-tengah”
“Ba .. bapa gak suka ?”
kataku agak khawatir karena
aku tahu ukuran payudara
istrinya tergolong normal
sedangkan semua
perempuan di keluargaku
payudaranya memang besar-
besar, bahkan ukuran
payudaraku masih tergolong
kecil kalau dibandingkan
mereka.
“Saya suka sekali, terutama
karena bentuknya yang
benar-benar membulat”
Jawabnya “Hanya saja saya
kaget karena tidak
menyangka sebesar ini
terutama kalau dilihat dari
ukuran tubuh kamu yang
kecil”
“Tapi yang jelas payudara
kamu sangat kenyal”
lanjutnya sambil tersenyum
nakal “Sehingga terlihat selalu
membusung walaupun sudah
tidak menggunakan BH lagi”
Sambil bicara pak Yanto mulai
memegang-megang kedua
payudaraku dengan kedua
tangannya kemudian
langsung memangut bibirku.
Ciuman beliau kali ini tidak
hanya ke bibir saja, tapi juga
pada kupingku leherku,
dadaku dan juga putting
payudaraku yang berwarna
coklat kehitaman. Remasan
pada satu payudara
bersamaan dengan isapan-
isapan yang disertai gigitan
kecil pada putting payudara
yang lainnya membuat aku
dengan cepat merasa
melayang.
“Ahhhh… ahhhh…bapaaaa…a
aahhh” Celotehku dengan
mulut yang menganga dan
mata yang susah fokus
karena mendapat kenikmatan
yang datang tiba-tiba.
Posisi tubuhku kemudian
dirubah menjadi setengah
berbaring sehingga bossku
bisa lebih leluasa
mencumbuku. Nafsu berahiku
meningkat dengan cepat, aku
mulai merasakan celana
dalamku menjadi lebih
lembab oleh cairan yang
keluar di sana.
“Bapaaaaa …. TIni sudah ga
tahaaaan ….” Teriakku seperti
biasa kalau sudah mencapai
orgasmeku. Saat itu aku ingin
pak Yanto mengelus-elus
vaginaku yang basah dari luar
celana dalamku, tapi sekarang
beliau tidak melakukannya
mungkin kah karena aku
masih pakai celana jeans ?
Tapi karena berahiku sudah
sampai ke ubun-ubun maka
aku tarik tangan kanan pak
Yanto ke arah
selangkanganku sebagai
isyarat keinginanku. Beliau
rupanya bisa menangkap
maksudku, tapi karena
terhalang oleh celana jeans
maka beliau berinisiatif
membuka kancing celanaku
dan resletingnya dengan satu
tangannya supaya bisa
menjangkau celana dalamku.
Pinggang celana jeansku yang
tinggi (sampai pusar) rupanya
masih menyulitkan beliau
sehingga membuatnya jadi
tidak sabar. Beliau lalu
berhenti mencumbuku dan
dengan gerakan cepat beliau
menarik celana jeans dan
celana dalamku sekaligus
sampai terlepas. Tidak
berhenti di sana, pak Yanto
pun kemudian melepaskan
celana dan celana dalamnya
sendiri dengan masih dalam
posisi duduk di karpet
sehingga kami berdua
sekarang dalam kondisi
telanjang bulat.
Tubuhku yang telanjang
berada dalam posisi badan
setengah terbaring di karpet
bersandar pada bantal
dengan kedua kaki yang
mengangkang. Saat itu aku
sudah tidak begitu peduli
dengan keadaanku karena
yang aku inginkan adalah pak
Yanto segera mengelus-elus
vaginaku seperti biasanya.
Tanpa menunggu lama-lama
pak Yanto langsung menindih
kemudian menciumi bibirku
sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus vaginaku
tanpa terhalang celana dalam
lagi. Sentuhan langsung
tangan bossku pada vagina
ternyata terasa jauh lebih
nikmat dari biasanya
sehingga tensi berahiku mulai
meninggi lagi setelah
orgasme pertama tadi.
Apalagi saat pak Yanto
menggunakan jari-jarinya
mempermainkan kelentitku
sambil menggesek-gesek
liang vaginaku yang sudah
semakin basah.
“Hhhhmmmmpphhh ….
Hmmmmmppphhhh…..”
jeritanku masih tertahan oleh
ciuman pak Yanto.
Beliau kemudian beralih
menciumi dan menjilati kedua
putting payudaraku secara
bergantian membuat tubuhku
bergelinjang dengan hebat
karena diserang rasa geli yang
menimbulkan kenikmatan
yang luar biasa. Jari-jarinya
yang ada di vagina juga terus
beraksi dengar berputar-putar
di sekitar liangnya sehingga
vaginaku terasa mulai
merekah dan semakin basah.
“Ahhhh….bapa …ahhhh ….
Ahhhhh … enaakkk … ahhh “
Aku hanya bisa menjerit-jerit
sebagai ekspresi kenikmatan.
Pak Yanto adalah laki-laki
pertama yang aku anggap
sebagai pacar dan juga yang
pertama menyentuh tubuhku.
Cara beliau memperlakukanku
membuat aku tidak bisa
menolak permintaannya,
bahkan membuatku selalu
ketagihan dan merindukan
beliau melakukannya lagi, lagi
dan lagi. Walaupun selama
tiga bulan perpacaran
keperawananku masih belum
terusik, tapi kali ini jadi lain
ceritanya …
“Ga tahan pa … Tini sudah ga
tahan Bapa …. ooohhhhh”
Teriakku saat merasakan
orgasme lagi.
Setelah mengejang beberapa
kali karena kenikmatan luar
biasa yang kurasakan,
tubuhku menjadi lemah
lunglai. Aku mengangkat
kedua tanganku ke arah
beliau sebagai tanda ingin
dipeluk, tapi pak Yanto malah
bangun dan berlutut diantara
kedua kakiku sambil menarik
kakiku sedikit untuk
membuat posisiku badanku
berbaring secara sempurna.
Kedua kakiku
dipentangkannya lebar-lebar
dan tanpa ragu-ragu beliau
langsung memangut
vaginaku dengan bibir dan
lidahnya sehingga sekarang
kepala bossku itu ada
diselangkanganku.
“Bapa apa yang
….Uuuuhhhhhh
…..akkkkhhhhhhh
h…..shhhhhhhh” aku sempat
kaget dan ingin bertanya apa
yang dilakukannya itu tapi
sebelum kalimatku lengkap
aku sudah disergap lagi rasa
nikmat dari permainan lidah
dan bibir beliau di vaginaku.
Bibirnya mulai menciumi
kelentitku sedangkan
lidahnya menari-nari
menjelajahi sisi dalam
vaginaku yang sudah mulai
merekah. Kadang-kadang
ujung lidahnya terasa
bergerak keluar masuk
kedalam liang vaginaku yang
walaupun tidak masuk terlalu
dalam tapi mendatangkan
sensasi yang luar biasa. Aku
mulai menggerak-gerakkan
pinggul dan pantatku
mengikuti tarian lidahnya
sedangkan kedua tanganku
meremas-remas rambut
bossku dengan gemas.
Pak Yanto seperti tidak
memperdulikan cairan
vaginaku yang semakin
membanjir dan bibir vaginaku
semakin membengkak .
Beliau bahkan mulai
menggigiti kelentitku dan
diselingi sapuan lidahnya
yang kasar mengelilingi kulit
kelentik yang sensitif
membuat tubuhku mulai
bergetar dengan hebat
menahan rasa nikmat yang
dahsyat.
“Akkkkkhhhhhhhhhhh……ga
tahan… bapa …Tini ga tahan
lagi …….akkkkkkhhhhh” Aku
mengerang dengan badan
hampir melenting karena
nikmatnya.
Pada saat nafasku masih
memburu dan tersengal-
sengal karena dihantam
kenikmatan, aku lihat pak
Yanto kembali pada posisi
berlutut dan masih berada
diantara kedua kakiku.
Kemudian beliau maju lebih
mendekat ke selangkanganku
sambil tangan kanannya
seperti menggenggam
sesuatu yang kemudian
diarahkannya pada vaginaku.
Aku belum pernah melihat
kemaluan atau penis orang
dewasa, aku hanya pernah
melihat penis anak kecil
keponakanku saat aku
diminta memandikan mereka.
Walaupun bentuk dan
ukurannya jauh berbeda, tapi
aku yakin “benda” yang
dipegang beliau itu adalah
penisnya sendiri.
Pengetahuan seksku
memang sangat minim kalau
tidak bisa dibilang nol, tapi
naluriku mengatakan bahwa
pak Yanto sekarang sedang
berniat menyetubuhi aku.
Seketika timbul rasa takutku
dan juga rasa menyesal
karena telah mengundang
pak Yanto ke rumahku yang
sedang kosong supaya kami
bisa bercumbu lebih bebas.
Tapi badanku sudah sangat
lemas karena tiga kali
orgasme dan rasa takut
membuatku malah semakin
lemas saja sehingga akhirnya
hanya bisa merasa pasrah
kepada keadaan ini. Aku
hanya mencoba
memejamkan mata supaya
pikiranku tidak merekam
memori visual dari peristiwa
yang mungkin kuanggap
akan kusesali seumur hidup.
Kurasakan pak Yanto sudah
berada di atas tubuhku
dengan bertopang pada
tangan kirinya, sedangkan
tangan kanannya membawa
kepala penisnya bergesekan
dengan kelentitku. Rasa
nikmat yang ditimbulkannya
sedikit banyak mulai
mengurangi rasa gelisah
akibat ketakutanku tadi. Pak
Yanto juga kadang-kadang
membawa penisnya ke muka
liang vaginaku dan
melakukan gerakan berputar
seolah-olah ingin
membesarkan ukuran
liangnya yang setahuku
sangat sempit.
“Shhhhhhh…shhhhh…
shhh…” Tanpa bisa kucegah
mulutku mengeluarkan suara
desisan nikmat yang seirama
dengan gerakan tangan
kanan beliau.
Tiba-tiba aku merasakan
kepala penis pak Yanto tidak
lagi berputar-putar dimulut
liang vaginaku, tetapi aku
merasakan penis pak Yanto
tersebut mulai terasa
dijejalkan masuk ke dalam
liang vaginaku. Daging penis
beliau yang padat terasa
menyakitkan saat memasuki
liang vaginaku yang sudah
merekah basah dan licin.
“Aduuuuuhh….sakiiit …
aduuuhhh…bapa…sakit sekali
…aduuhhhh” Aku hanya bisa
mengaduh pelan-pelan
sambil mengangkat kedua
tanganku untuk berpegangan
pada pinggiran bantal yang
menyangga kepalaku
sehingga bisa meremas-
remasnya saat merasa sakit.
BLESSSSS …. Seluruh batang
penisnya akhirnya masuk
dengan sempurna dengan
tidak terlalu sulit karena
sudah “siap” akibat
cumbuan-cumbuan luar biasa
yang dilakukan tadi.
“Sakit ya sayang ?” Tanya
bossku sambil memperbaiki
posisi badannya tanpa
merubah posisi penisnya
dalam liang vaginaku.
Aku hanya mengangguk
perlahan dan tanpa terasa ada
butir-butir air mata muncul di
ujung mataku yang terpejam.
Pak Yanto dengan lembut
mencium air mata pada ujung
mataku dan mengelus-elus
rambutku yang panjang dan
tebal.
“Uuuuhhhhhh ….” Aku
kembali mengeluh pelan saat
pak Yanto mulai melakukan
gerakan maju mundur pada
penisnya dengan perlahan.
Beliau lalu memelukku
dengan erat sehingga kedua
tanganku pun sekarang
dalam posisi melingkari
punggungnya. Rasa sakit itu
lama-lama makin berkurang
dan berganti menjadi rasa
nikmat jauh melebihi yang
pernah kurasakan
sebelumnya.
“ Aarkkkhhh … arkkhhhhh
….arkkkhhh….” aku
mengeluarkan erangan yang
terdengar aneh saat pak
Yanto mulai mempercepat
gerakannya sambil tetap
dalam posisi memelukku.
“Bapaaaa … aduuuhhh….
bapaaa …Tini udah gak
tahaaaannn” Hanya dalam
beberapa menit saja aku
sudah meneriakan kata-kata
orgasmeku yang khas. Pak
Yanto membalasnya dengan
gerakan yang makin cepat
dan diakhiri dengan hujaman
yang dalam dan dilanjutkan
dengan gerakan penis
berputar-putar seolah-olah
mau membuka lobang
rahimku. Aku sampai
mengejang-ngejang
kenikmatan sambil
mengangkat-angkat pantatku
untuk mengimbangi
gerakannya, sedangkan
kedua tanganku sekarang
beralih meremas-remas
pantatnya beliau.
“Ooohhhhhhhhh…….”
Akhirnya aku kembali tergolek
lemas karena kenikmatan,
pak Yanto pun menghentikan
gerakannya setelah melihat
reaksiku.
Aku buka mataku dan
memberikan senyumanku
yang paling manis kepada
bossku yang telah
memberikan kenikmatan
yang luar biasa dan secara
ajaib menghapus sama sekali
rasa menyesal yang
sebelumnya kurasakan. Lalu
kami berciuman cukup lama
sambil saling membelai muka
dan rambut masing-masing.
Setelah puas berciuman pak
Yanto kemudian melepas
pelukannya dan duduk tegak
tanpa melepaskan penisnya
dari vaginaku.
“Tini, coba kamu lihat darah
perawan kamu” Ajak pak
Yanto
Aku coba mengangkat
badanku sedikit dengan
ditopang kedua tanganku
sambil melihat ke arah
selangkanganku. Penis pak
Yanto hanya terlihat
pangkalnya saja karena
sisanya masih berada di
dalam liang vaginaku. Selain
penuh dengan urat-urat yang
menonjol, pada penisnya juga
terlihat sedikit cairan
berwarna merah pada
beberapa bagiannya. Noda
merah yang sama aku lihat
juga pada bulu kemaluanku,
perutku, paha sebelah dalam
dan perutnya pak Yanto.
Rupanya itulah yang disebut
darah perawan atau darah
malam pertama oleh orang-
orang selama ini. Sebagai
perempuan suku Jawa, warna
kulitku lebih gelap dari wanita
suku Sunda, demikian juga
dengan kulit kemaluanku
yang berwarna merah gelap
sampai kebagian dalamnya
sehingga bercak-dercak darah
itu tidak terlalu terlihat kalau
tidak diperhatikan dengan
seksama.
Belum sempat aku membuka
mulut untuk memberikan
komentar, beliau sudah mulai
mengerakkan lagi penisnya
maju mundur yang
membuatku terpaksa
berbaring kembali. Kedua
kakiku satu persatu beliau
naikkan ke atas bahunya
sehingga badanku menjadi
hampir terlipat dalam tindihan
pak Yanto. Dalam posisi
seperti itu pak Yanto
memompa penisnya makin
lama makin cepat sehingga
membuat tubuhku
terguncang-guncang.
“Oooowww ….ahhhh…
aawww” aku menjerit
kenikmatan “Bapaaa..aa..aa
..aa … nii… iii..kk…mmmaa…a
aa..aatttt…sssee …eee…
kkkaa…aaa…llliiiii…” suaraku
jadi terputus putus karena
kerasnya goncangan
badanku.
CROK … CROK …CROK …CROK
… aku mulai mendengar
bunyi seperti air becek yang
ditepuk-tepuk dengan keras.
Belakangan aku ketahui itu
adalah bunyi dari cairan yang
telah membanjiri vaginaku
dipompa dengan keras oleh
penisnya pak Yanto sampai
berbuih-buih.
Badan kami kurasakan mulai
berkeringat sehingga terlihat
mengkilat, setetes dua tetes
keringat pak Yanto mulai
jatuh ke tubuhku. Tak berapa
lama kemudian keringat pak
Yanto semakin membanjir
dan mengalir deras ke
perutku bercampur dengan
keringatku sendiri .
CROK…CROK …CROK… CROK …
CROK… bunyi itu semakin
keras
Rasanya aku hampir tak
sadarkan diri karena
gelombang demi gelombang
nikmat yang makin lama
makin besar seolah-olah tidak
aka nada batasnya. Tapi tiba-
tiba aku merasakan tubuh pak
Yanto mulai bergetar,
pompaan penisnya makin
tidak teratur iramanya.
“TINNNIIII …. Saya mau
keluarrrrr …” teriak pak Yanto
yang saat itu aku tidak tahu
artinya.
Kurasakan pak Yanto
menekan kuat-kuat penisnya
di dalam vaginaku, tak berapa
lama kemudian penisnya
terasa berdenyut denyut
dengan kuat lalu seperti
memuntahkan sesuatu yang
hangat berkali kali di dalam
tubuhku. Denyutan pada
penis beliau yang disertai
semburan cairan hangat
tersebut melipatgandakan
kenikmatan yang tengah
kurasakan.
“Bapppaaaaa …
Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
……” akupun menyusul
mengeluarkan lenguhan
kenikmatan yang panjang
sampai semburan dari penis
pak Yanto berhenti.
Tubuh pak Yanto lalu ambruk
kelelahan menimpa tubuhku
setelah sebelumnya
menurunkan kedua kakiku
dari bahunya. Untuk beberapa
saat pak Yanto tidak bereaksi
sama sekali, sehingga aku
coba peluk beliau erat-erat
sambil mengelus-elus
kepalanya dengan penuh
kasih sayang. Beberapa saat
kemudian beliau mulai
bergerak bangun dan
langsung mencium bibirku.
“Tini, kamu bisa merasakan
kenikmatannya sayang ?”
Tanya beliau dengan
setengah berbisik ditelingaku.
AKu hanya mengangguk
pelan sambil tersenyum
kepada beliau.
“Sekarang bapa sudah
mencicipi milik Tini yang
paling berharga dan hanya
ada satu-satunya” Kataku
secara spontan yang dijawab
dengan senyuman dan
ciuman dari pak Yanto.
“Tapi sebagai gantinya tadi
Tini sudah merasakan
kenikmatan yang luar biasa”
lanjutku “Jadi Tini sebenarnya
tidak tahu apakah harus
meyesal atau berterima
kasih”
Sekali lagi beliau
menjawabnya dengan
tersenyum sambil
memandangku dengan mesra
sehingga aku menjadi jengah
sendiri hingga tertunduk
malu. Kembali aku dihujani
dengan kecupan-kecupan
kecil dan ciuman-ciuman
pendek yang sangat berarti
bagiku.
“Aaaaahhhhhhhhh
hhhhhh….” Jeritku tertahan
ketika tiba-tiba pak Yanto
menarik penisnya keluar.
Pak Yanto kemudian berdiri
dan berjalan ke halaman
belakang untuk mengambil
selembar handuk yang
sedang dijemur di sana,
kemudian dengan halus
beliau menyeka keringatku
dan keringatnya sendiri dan
terakhir menyeka vaginaku
dan penisnya.
-------- oo0oo ---------
Hari itu kami bertelanjang
bulat seharian selama di
dalam rumah, baik itu waktu
memasak di dapur, makan
siang , nonton TV ataupun
saat sekedar mengobrol
berdua. Kondisi kami yang
bertelanjang bulat membuat
kami selalu mudah
terangsang lagi untuk
bersetubuh, sehingga antara
satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya kami selingi
dengan bersetubuh.
Dalam persetubuhan-pe
rsetubuhan lanjutannya itu,
beliau selalu menggunakan
kondom yang dibawanya.
Waktu itu aku dengan
polosnya memprotes
penggunaan kondom karena
mengurangi kenikmatan
bersetubuh padahal waktu
persetubuhan yang pertama
beliau tidak menggunakan
kondom tersebut. Sambil
nyengir beliau menjelaskan
bahwa yang pertamapun
seharusnya beliau memakai
kondom, tapi beliau khawatir
aku keburu sadar dan
menolak meneruskan saat
beliau sedang memasang
kondomnya.
Menjelang malam pak Yanto
akhirnya pamit pulang setelah
total empat kali
menyetubuhiku sepanjang
hari tadi.
Hubungan kami selanjutnya
semakin “panas” karena
untuk dua tahun pertama aku
benar-benar ketagihan untuk
bersetubuh dan untuk itu aku
bersedia disetubuhi
dimanapun dan dalam segala
kondisi, tentu saja hanya
dengan pak Yanto saja.
Seringkali aku di kantor minta
di setubuhi sambil berdiri atau
dalam posisi menungging di
meja dengan berpakaian
lengkap. Kalau aku sedang
menemani pak Yanto ke luar
kantor atau saat diantar
pulang sorenya, kadang aku
suka merengek minta mampir
ke hotel melati atau motel
untuk memuaskan berahiku.
Tidak terhitung pula
persetubuhan yang kami
lakukan di dalam mobil yang
biasanya kami parkir areal
parkir umum yang luas tapi
gelap.
Pak Yanto tidak pernah
menolak permintaanku, tapi
beliau mewajibkan aku untuk
selalu membawa kondom di
dalam tasku karena beliau
tidak bisa membawa
persediaan kondom yang
memadai tanpa ketahuan
istrinya.
Tapi nafsu berahiku yang
terlalu tinggi ini akhirnya
membawa akibat fatal ketika
aku memaksa untuk tetap
disetubuhi pada saat
persediaan kondom telah
habis. Saat itu aku meminta
bersetubuh dengan posisiku
di atas dan pada saat pak
Yanto akan ejakulasi aku tidak
mengindahkan isyarat pak
Yanto untuk mencabut
vaginaku dari penisnya karena
aku belum mencapai
orgasmeku yang ketiga
sehingga akhirnya sperma
beliau tumpah di dalam
tubuhku.
Akibatnya dua bulan
kemudian aku dipastikan
hamil !
Rasa bersalah membuatku
tidak berani langsung
membicarakannya kepada
pak Yanto sehingga janinku
semakin membesar. Pak
Yanto akhirnya mengetahui
juga setelah beliau merasa
heran karena aku bersedia
disetubuhi pada tanggal-
tanggal biasanya aku
mendapat haid dan juga
merasakan payudaraku
semakin membesar.
Karena kandunganku yang
mulai besar, pak Yanto
membawaku ke dokter
kandungan untuk digugurkan
dengan cara yang aman.
Dokter tersebut mau
melakukan tindakan aborsi
karena aku diakui sebagai istri
muda beliau yang tidak
diijinkan punya anak oleh istri
tuanya. Sangat ironis
memang …
Kehamilan yang tidak
dikehendaki dan aborsi yang
aku lakukan membuat Pak
Yanto memintaku untuk
memasang IUD sehingga
kami berdua tidak lagi perlu
khawatir akan kebobolan.
Sehingga kini aktivitas seks
kami berdua terasa makin
intensif dan tanpa disadari
mulai terlalu demonstratif
yang membuat orang-orang
kantor mulai bertanya-tanya
adanya hubungan istimewa
diantara kami.
Akhirnya untuk mencegah
kecurigaan orang-orang
kantor yang sering melihatku
keluar dengan nafas
memburu dan lipstik
memudar dari ruangan
bossnya hampir dua kali
sehari, pak Yanto
merekomendasikan aku ke
perusahaan lain yang dikelola
pelanggan perusahaan kami.
Kemudian aku dikontrakkan
kamar kos yang
memungkinkan beliau datang
kapan saja. Hampir setiap
sore sepulang dari kantor
beliau datang menyetubuhiku
sebelum pulang ke rumahnya
dan kadang-kadang pagi-pagi
juga datang mengantarku ke
kantor setelah bersetubuh
dulu tentunya.
Setelah hampir empat tahun
berhubungan dengan pak
Yanto tanpa status yang jelas,
akhirnya aku menerima
lamaran dari teman SMAku
yang inginmengajakku
menikah tanpa melewati
pacaran. Mulanya pak Yanto
keberatan dengan
keputusanku, tapi akhirnya
beliau mau menerimanya
setelah aku berjanji mau tetap
melayaninya kalau diminta.
Hal itu memang bisa aku
buktikan, bahkan saat aku
sedang hamil anak
pertamaku, aku tetap
bersedia bersetubuh dengan
beliau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar