Kamis, 15 Agustus 2013

ML dengan wanita Frustrasi Lebih Garang


Cerita Sex


 

ML dengan wanita Frustrasi Lebih Garang

 

Cerita ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu aku masih kuliah pada semester ke empat. Aku adalah seorang pria lajang 20 th dengan tinggi 175 cm berat 70 kg yang sedang kuliah di salah satu PTN di daerahku. Aku tinggal disebuah rumah bedeng 5 pintu dan aku berada pada pintu yang pertama. Kalau dibandingkan dengan teman-temanku, aku termasuk anak yang pemalu alias kuper (kurang pergaulan). Hal ini membuatku lebih betah berada di kosanku, oh ya di bedeng tersebut aku nge-kost, dari pada harus keluar rumah tanpa tujuan. Sesekali aku juga sering menonton film BF untuk memuaskan hasrat birahiku dan selalu berakhir dengan beronani.

Cukup sudah pengantarnya ok. Sekarang lanjut ke pengalaman pertamaku yang berawal dari tempat kost dimana aku tinggal. Disebelah (pintu no2) tinggal seorang wanita muda sekitar 25 tahun bernama Desi tinggi 160 berat 50 kg yang bersuamikan seorang supir taxi tetapi sudah 7 tahun belum dikarunia seorang anak. Pintu no3 ditempati oleh seorang wanita 35 tahun tinggi 165 berat 60 kg yang sudah memiliki 2 orang anak 7 dan 5 tahun yang semuanya perempuan, ia bernama Ita. Nah, dari sinilah semuanya berawal.

Seperti biasa pada pagi hari semua penghuni bedeng sibuk dibelakang (mandi, mencuci). Perlu diketahui bahwa kondisi di rumah ini memiliki 5 kamar mandi terpisah dari rumah dan 2 buah sumur (air harus diangkat ke kamar mandi, maklum yang punya rumah belum punya Sanyo). Aku yang sudah terbiasa mandi paling pagi sedang duduk santai sambil nonton TV. Lagi asik nonton terdengar olehku gemercik air seperti orang sedang mandi. Mulanya sih biasa saja, tapi lama kelamaan penasaran juga aku dibuatnya. Aku mencoba melihat dari balik celah pintu belakang rumahku, dan aduh!! betapa kagetnya aku ketika melihat Mbak Desi yang sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Aku tidak tahu mengapa ia begitu berani untuk membuka tubuhnya pada tempat terbuka seperti itu. Mbak desi yang sedikit kurus ternyata memiliki payudara sekitar 32b dan sangat seksi sekali. Dengan bentuknya yang kecil beserta puting warna merah jambu untuk orang yang sudah menikah bentuknya masih sangat kencang.

Aku terus mengamati dari balik celah pintu, tanpa kusadari batang kejantananku sudah mulai berdiri. Sudah tak tahan dengan pemandangan tersebut aku langsung melakukan onani sambil membayangkan bercinta dengan Mbak desi ditempat terbuka tersebut. Semenjak hal itu, aku jadi ketagihan untuk selalu mengintip jika ada kesempatan. Keesokan harinya, aku masih sangat terbayang-bayang akan bentuk tubuh Mbak desi. Hari itu adalah hari minggu, dan aku sedikit kesiangan. Ketika aku keluar untuk mandi, aku melihat Mbak Ita sedang mencuci pakaian. Dengan posisinya yang menjongkok terlihat jelas olehku belahan payudaranya yang terlihat sudah agak kendor tapi berukuran 34 b. Setiap kali aku memperhatikan pantatnya, entah mengapa aku langsung bernafsu dibuatnya (mungkin pengaruh film BF dengan doggy style yang kebetulan favoritku). Kembali batang kemaluanku tegang dan seperti biasa aku melakukan onani di kamar mandi.

Dua hari kemudian terjadi keributan di tetanggaku, yaitu Mbak ita yang sedang bertengkar hebat dengan suaminya (seorang agen). Ia menangis dan kulihat suaminya langsung pergi entah kemana. Aku yang kebetulan berada disitu tidak bisa berbuat apa-apa. Yang ada dipikiranku adalah apa sebenarnya yang sedang terjadi. Keesokan harinya Mbak Ita pergi dengan kedua anaknya yang katanya kerumah nenek, dan kembali sorenya.

Sore itu aku baru akan mandi, begitu juga dengan Mbak ita. Setelah selesai aku langsung buru-buru keluar dari kamar mandi karena kedinginan. Diluar dugaanku ternyata aku menabrak sesuatu yang ternyata adalah Mbak ita. Keadaan waktu itu sangat gelap (mati lampu) sehingga kami saling bertubrukan. Menerima tubrukan itu, Mbak ita hampir jatuh dibuatnya. Secara reflek aku langsung menangkap tubuhnya. AduH! Tenyata aku tanpa sengaja telah menyentuh payudaranya. " Maaf.. Aduh maaf mbak, nggak sengaja" ucapku. " Nggak, nggak pa pa kok, wong saya yang nggak liat" balasnya.

Sejenak kami terdiam dikeheningan yang pada saat itu sama-sama merasakan dinginnya angin malam. Tanpa dikomando, tubuh kami kembali saling berdekatan setelah tadi sempat malu karena kecerobohan kami berdua. Aku sangat degdegan dibuatnya dan tidak tahu harus berbuat apa pada posisi seperti ini. Sepertinya Mbak ita mengetahui bahwa aku belum pengalaman sama sekali. Ia kemudian mengambil inisiatif dan langsung memegang kemaluanku yang berada dibalik handuk. Est ..est.. auw ..aku mengerang keenakan. Belum selesai aku merasakan belaian tangannya, tiba-tiba ujung kemaluanku terasa disentuh oleh benda lembut dan hangat. Mbak ita sudah berada dibawahku denagn posisi jongkok sambil mengulum kemaluanku. Aduuhh .. nikmatt.. terus .. Akh ..est .. Sekarang aku sudah telanjang bulat dibuatnya.

10 menit sudah kemaluanku dikulum oleh Mbak ita. Aku yang tadi pemalu sekarang mulai mengambil tindakan. Mbak ita kusuruh berdiri dihadapanku dan langsung kulumat bibinya dengan lembut. Est .. Ah ..uh ouw .. Ia mendesah ketika bibir kami saling berpagutan satu sama lain. Ciumanku sekarang telah berada pada lehernya. Bau sabun mandi yang masih melekat pada tubuhnya menambah gairahku. Est .. Ah .. teruss.. kepalanya tengadah keatas menahan nikmat. Kini tiba saat yang kutunggu. Handuk yang masih menutupi tubuhnya langsung kubuka tanpa hambatan. Secara samar-samar dapat kulihat bentuk payudaranya. Kuremas dan kukecup dengan lembut dan au ..est..nikmaat..teruss ..aow .., Mbak ita menahan nikmat.

Sambil terus mencicipi bagian tubuhnya akhirnya aku sampai juga didaerah kemaluannya. Aku sedikit ragu untuk memcicipi kemaluanya yang sudah sedikit basah itu. Seperti difilm BF aku mencoba mempraktekkan gaya melumat kemaluan wanita. Kucoba sedikit dengan ujung lidahku, rasanya ternyata sedikit asin dan berbau amis. Tetapi itu tidak menghentikanku untuk terus menjilatinya. Semakin lama rasa jijik yang ada berubah menjadi rasa ninkmat yang tiada tara. Est ..est ..teruuss ..tee..russ..auw ..nik, mat..mbak ita tak mampu menahan nikmat yang diterimanya dari jilatan mautku yang sesekali kuiringi dengan memasukkan jariku ke liang senggamanya. "Mbak mau .. kelu..ar ahh" racaunya.
Tanpa kusadari tiba-tiba keluar cairan kental dari vagina nya yang belakangan kutau bahwa itu adalah cairan wanita. Aku belum berhenti dan terus menjilati kemaluanya sampai bersih.

Puas aku menjilati kemaluannya kemudian langsung aku angkat ia kedalam rumahnya menuju kamar tidurnya. Aduh .. benar-benar tak habis pikir olehku, wanita segede ini bisa kuangkat dengan mudah. Sesampai dikamarnya aku langsung terbaring dengan posisi terlentang. Mbak ita tanpa diperintah sudah tahu apa yang kumau dan langsung mengambil posisi berada diatasku. Oh ..ya pembaca, bahwa batang kemaluanku standar-standar saja untuk orang Indonesia. Aku yang berada dibawah saat itu sengaja tidak berbuat apa-apa dan membiarkan Mbak Ita mengambil inisiatif untuk memuaskanku.

Mbak Ita langsung memegang kemaluanku dan mencoba memasukkannya kedalam liang senggamanya. Blues..bleb.. tanpa hambatan batang kejantananku tenggelam seluruhnya kedalam liang kenikmatan Mbak Ita. Est..es..auw..oh..ah..aku hanya terpejam merasakan kemaluanku seperti diperas-peras dan hangat sekali rasanya. Aku tak menyangka bahwa kenikmatan bersenggama dengan wanita lebih nikmat dibanding dengan aku beronani. Mbak Ita mulai menggenjot pantatnya secara perlahan tapi pasti. Ah..ah..ah..oh..oh..nik..maatt..ahh.. Mbak Ita terus melakukan gerakan yang sangat erotis. Desahan Mbak Ita membuatku semakin bernafsu ditambah dengan payudaranya bergoyang kesana-kemari. Rupanya aku tak bisa lagi tinggal diam. Aku berusaha mengimbangi genjotan Mbak Ita sehingga irama genjotan itu sangat merdu dan konstan. Tangankupun tidak mau kalah dengan pantatku.

Aku berusaha mencapai kedua payudara yang ada didepan mataku itu. "Wah ..indahnya pemandangan ini" ucapku dalam hati. Tidak puas dengan hanya menyentuh payudara Mbak Ita, aku langsung mengambil posisi duduk sehingga payudara Mbak ita tepat berada didepan wajahku. Kembali aku melumat putingnya dengan lembut kiri dan kanan bergantian. Ahh..ah ..ah..oh.. Est..ss Mbak ita kelihatannya tak tahan menahan nikmat dengan perlakuanku ini. Lama kelamaan genjotan Mbak Ita semakin cepat dan aku..a..ku.. kee..luuarr..ahh..ohh..nikmaatt Mbak ita akhirnya mencapai klimaks yang kedua kalinya. Aku yang belum apa-apa merasa kesal tidak bisa klimaks secara bersamaan. Akhirnya aku meminta Mbak Ita untuk kembali mengulum kemaluanku. Mbak Ita yang sudah mendapat kepuasan dengan semangat mengulum dan menjilati kemaluanku. Est..est..ahh..oh ucapku ketika Mbak Ita semakin mempercepat kuluman dan kocokannya pada kemaluanku. Sepertinya ia ingin segera memuaskanku dan menikmati air kejantananku.

Selang 10 menit ah..auw..oh..nik..maatt..oh.. crot..crot..crot..semua air maniku tertumpah diwajah Mbak Ita dan diseluruh tubuhnya. Saat itu Mbak Ita tidak berhenti kulumannya dan menjilati seluruh air jantan tersebut. Aku sangat ngilu dibuatnya tapi sungguh masih sangat nikmat sekali.

Setelah merasakan kepuasan yag tiada tara kami langsung jatuh terkulai diatas kasur. Mbak Ita tampaknya sangat kelelahan dan langsung tertidur pulas dengan keadaan telanjang bulat. Aku yang takut nanti ketahuan orang lain langsung keluar dari kamar tersebut dan mengambil handukku menuju rumahku.

Ketika aku baru akan keluar dari rumah Mbak Ita, alangkah terkejutnya aku ketika dihadapanku ada seorang wanita yang kuduga sudah berdiri disitu dari tadi dan menyaksikan semua perbuatan kami. Eh..mm..mbak..mbak ..Desi..ternyata ia tidak lain adalah Mbak Desi. "Permisi mbak, aku mau masuk dulu" ucapku pura-pura tidak ada yang terjadi. Sambil berjalan tergesa-gesa aku langsung menuju rumahku untuk menghindari introgasi dari Mbak Desi. Tiba-tiba "tunggu!!" teriak Mbak Desi. Aku langsung panas dingin dibuatnya. "Jangan jangan ia akan melaporkanku ke Kepala Desa lagi" ucapku dalam hati." Aduuhh gawat nih, bisa-bisa cuci kampung" pikirku. " A..a..ada apa ya mbak" balasku. Mbak Desi langsung mendekatku dan berkata " kamu akan aku laporkan kesuami Mbak Ita dan kepala desa atas apa yang telah kamu lakukan" ucap Mbak Desi. " Ta..tapi kami melakukannya atas dasar suka sama suka Mbak " balasku dengan perasaan sedikit cemas. Tiba-tiba " ha..ha..ha..ha.. " Mbak desi tertawa.

Aku semakin bingung dibuatnya karena mungkin Mbak desi punya dendam dan sekarang berhasil membalaskannya. " Nggak usah takut, pokoknya sekarang kamu tetap berdiri disitu dan jangan sekali-kali bergerak ok!" usulnya. "Mbak mau melaporkan saya atau takut saya lari" ucapku semakin bingung. Tanpa bicara lagi Mbak Desi semakin mendekatiku. Setelah tidak ada lagi jarak diantara kami tangan Mbak Desi langsung melepas handuk yang kugunakan tadi sehingga aku kembali telanjang bulat."Mbak jangan dikebiri ya.." ucapku."Nnggak..nggak pa pa kok" balasnya. Mbak Desi ternyata langsung berjongkok dan mulai mengocok kemaluanku.

Ah..ah..oh..oh.. aku yang tadi lemas kembali bergairah dibuatnya. Belum lagi aku selesai merasakan nikmatnya kocokan lembut dari tangan Mbak Desi, aku kembali merasakan ada benda lembut, hangat dan basah menyentuh kepala kemaluanku. Aku langsung tahu bahwa itu adalah kuluman dan jilatan dari mulut Mbak Desi setelah tadi aku merasakannya dengan Mbak Ita. Kuluman dan jilatan Mbak Desi ternyata lebih nikmat dari Mbak Ita. Aku bertaruh bahwa Mbak Desi telah melakukan berbagai macam gaya dan variasi dengan suaminya untuk memperoleh keturunan. Estt..ah..oh..oh..aduhh..auw.. desahku menahan hebatnya kuluman Mbak Desi. 15 menit sudah acara kulum-kuluman itu dan sekarang Mbak Desi telah berganti posisi dengan menungging. Pantatnya yang kecil namun berisi itu sekarang menantangku untuk ditusuk segera dengan rudalku. "Ayo..cepetan..kamu sudah lama menginginkan ini kan..Mbak tau kamu sering ngintip dari celah pintu itu..ayoo masukkan dong" ucapnya dengan mesra.

Aku jadi malu dibuatnya bahwa selama ini ia tahu akan perbuatanku. Tanpa pikir panjang aku langsung mencoba memasukkan batang kemaluanku ke liang kenikmatan Mbak Desi. "Aduh!!" meleset pada tusukanku yang pertama. Aku kembali mecoba dan bluess..akhirnya aku berhasil juga. "Gila nih perempuan "pikirku, "ternyata lubang kemaluannya masih sempit sekali" ucapku. Perlahan aku coba menggoyangkan pantatku mau-mundur. Ah.ah..ahh..oh..oh..oh..ah.. Mbah Desi mulai mendesah menahan nikmat. Aku semakin mempercepat goyanganku karena memang ini adalah gaya favoritku. "Ayo..teruuss..ayo.." teriakku memberi semangat". Ah..ah..ah..oh..desah Mbak Desi semakin terdengar kencang. Melihat payudaranya yang bergelantung dan bergoyang-goyang membuatku ingin mewujudkan impianku selama ini. Sambil terus menggenjot Mbak Desi aku berusaha mencapai payudaranya. Kuremas-remas dengan garangnya seolah meremas santan kelapa. Aw..sakiitt..adu..hh..ah..ah.. Mbak Ita tak tahan akan perlakuanku. Aku tidak memperdulikannya dan tetap menggenjot dengan cepat.

Kemudian aku mengganti posisi dengan menggendong Mbak Desi didepanku. Bluess.. Kembali batang kejantananku kumasukkan kedalam liang senggamanya. Ahh..ah..ah..ah..desah Mbak Desi menahan nikmat. Kulumat bibir dan kuciumi seluruh leher dan kukecup kedua puting susunya yang merah itu. Adu..nikkmatt sekaalii ah..ah..ah..oh..oh.. Mendapat perlakuan demikian bertubi-tubi akhirnya Mbak Desi tak sanggup lagi menahan klimaksnya "Keeluuarr ..mau..ke..lua..rr akhirnya Mbak Desi mencapai klimaksnya. Aku yang sedikit lagi juga hampil finish semakin menggenjot dengan cepat."Blep..blep..blep..bunyi hentakan sodokan antara kemaluanku dan kemaluan Mbak Desi yang sudah sangat basah tersebut. Tidak lama kemudian aku merasakan ada denyut-denyut di ujung batang kemaluanku dan:"Crot..crot..crot..tumpahlah seluruh iir maniku kedalam liang senggamanya.

Setelah itu kami berciuman sambil merasakan sisa-sisa nikmat yang ada dan kembali kerumah masing-masing. Keesokan harinya ketika bertemu, kami seolah-olah tidak merasakan sesuatu terjadi. Pembaca sekalian rupanya Mbak Ita tidak mau lagi berbicara denganku semenjak kejadian itu tapi aku terkadang masih melakukan hubungan sex ini hanya dengan Mbak Desi saja ketika saya sedang ingin atau ia sedang sangat ingin melakukannya. Sekarang saya sudah selesai kuliah dan tidak lagi tinggal dibedengan itu. Saya masih sangat merindukan untuk kembali berhubunagn sex dengan Mbak Desi atau Mbak Ita karena mereka telah membuat saya tidak virgin lagi.

Cewek Hiperseks ML dengan Tukang Ojek 

 

Cerita Dewasa cerita panas cerita hot terbaru menceritakan pengalaman seks ku dengan seorang tukan ojek dengan judul cerita "Gejolak Nafsu Birahiku"-Aku adalah seorang mahasiswi yang memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak keperawananku hilang di SMA aku selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Kalau dipikir-pikir, entah sudah berapa orang yang menikmati tubuhku ini, sudah berapa penis yang pernah masuk ke vaginaku ini, aku juga menikmati sekali nge-seks dengan orang yang belum pernah aku kenal dan namanya pun belum aku tah.

Nah ceritanya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, arlojiku menunjukkan pukul 8 lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku cukup jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena aku jarang berkunjung ke temanku yang satu ini.

Di perjalanan aku melihat sebuah pom bensin, tapi harapanku langsung sirna karena begitu mau membelokkan mobilku ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi kesal sampai menggebrak setirku, terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih buka atau segera sampai ke rumah.

Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik hingga kutepikan mobilku dan kucoba menstarternya, namun walupun kucoba berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal sekali aku gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya.

Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5 orang di sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.

“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya salah seorang yang berpakaian hansip.
“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.
“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
“Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku.

Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.

“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”.
Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.

Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat isengku dan membayangkan bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng berkata, “Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai malam gini aja masih panas”. Aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian dengan santainya kulepaskan setelan luarku, sehingga nampaklah lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya umpanku sudah mengena, aku yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku sepertinya sudah tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku diam saja diperlakukan begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku, tangannya diletakkan diatas pahaku, melihat tidak ada penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku. Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang sudah terasa mengeras.

Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku, sebentar saja aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku.

“Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.

Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu.

Si hansip mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa benar jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang ojek membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah menegang itu disedot dan digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu. Mereka bertiga sudah membuka celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, aku sampai terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu, terutama punya si hansip, penisnya paling besar diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol.

Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah telanjang bulat. Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembutku meremas-remas buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku, dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vaginaku, dia juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua pahaku mengapit kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku dan payudaraku yang satunya diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke.

Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela mengintipku diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama kemudian aku mencapai orgasme pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku, tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan tertahan karena mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”. Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku, eranganku mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati dan kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya

Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu dia lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh si hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan dan lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai aku meringis dan mengerang menahan sakit ketika penis itu.
“Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.

Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak bersarung yang duduk mekangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya.

Aku sangat menikmati menyepong penisnya, kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip mengakangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.
“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.

Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu muncul si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari membeli bensin.
“Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat.
“Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula.
“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.

Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari belakang, kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku, dan payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu.

Nampak Mat begitu buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si Bapak bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher jenjangku membuat darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin keras dan pegangannya pada lenganku juga makin erat. “Aaahh..!”, aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan dengan si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku yang sudah becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku sudah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.

Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja aku menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek menindihku dari belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku. Edan memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main sodomi lagi. Untung daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti disangkanya sedang terjadi pemerkosaan.

Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku, tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak terlalu besar memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah, sepertinya dia grogi

“Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?”, tanyaku di tengah desahan.
“Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.

Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang tadi berjaga itu kembali masuk.
“Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata
“Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”.
Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.

Setelah mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku dengan handuk basah yang diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku. Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku atau meremas dadaku. Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa sejerigen bensin yang tadi dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin ternyata dia masih belum puas, dengan paksa dilepaskannya celanaku dan menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami melakukannya dalam posisi berdiri sambil berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada orang atau mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan perasaan puas. Cerita Dewasa Cewe Hiperseks ML dengan Tukang Ojek 


Pengalamanku Dengan Lisa

 


Lisa, 20 tahun, adalah mahasiswi baru pada suatu perguruan tinggi. Kami kenal karena sering bertemu didalam perpustakaan, Suatu hari saya mengantar dia pulang setelah selesai berolahraga.Suatu ketika di tempat kostnya, kami langsung berciuman dengan nafsunya. Kemudian kami berbaring ditempat tidur dan mulai melepaskan satu demi satu seluruh busana kami.. sampai tidak tersisa sehelai benangpun! dan kami mulai berbaringan diatas tempat tidurnya, saya menyentuh dan merasakan hampir seluruh bagian tubuhnya, dan saya ingin tahu bagaimana reaksinya terhadap sentuhan pada vagina seperti yang pernah saya lakukan terhadap Donna dan Sally.

Pada tahap ini saya berharap untuk membuat Lisa berhasil mendapatkan orgasme ejakulasi, karena saya belum begitu mengenalnya dan selama pembicaraan menunjukkan bahwa dia belum mengetahui konsep permainan saya. Tetapi saya ingin tahu apa yang terjadi bila saya sentuh dia seperti yang lainnya.

Akankan dia merasa senang walaupun tidak mengalami orgasme? Saya sangat menikmati apa yang sedang kami lakukan bersama, tetapi saya pikir dia bukanlah wanita yang secara psikologis mampu mendapatkan ejakulasi. Sambil saya memegang lebih dekat dan membelai bagian vagina dalamnya dengan lembut, reaksinya sangat mengagetkan saya karena mirip dengan reaksi wanita2 terdahulu. Lisa menikmati apa yang saya lakukan, dan reaksinya jelas memperlihatkan kalu dia mersakan kenikmatan. Dia memeluk lebih erat dan dikedalaman vaginanya kelihatan menjadi lebih lembut dan lebih basah. Dan kemudian dia memeluk lebih dekat lagi seiring otot-otot didalam vaginanya mengembang.. saya memutuskan untuk terus melihat apa yang akan terjadi.

Walaupun saya tidak mengharapkan mendapatkan ejakulasi, saya masih mersaa perlu untuk meyakinkan dia bahwa itu tidak apa-apa. Sementara rangasangan seksualnya sangat jelas kelihatan dan dramatis intensitasnya, saya merasa bahwa dia kurang mengenal rasa kenikmatan yang baru ini. Tetapi saya terus menyentuhnya dan meyakinkan dia, desakan Gairah pada diri Lisa semakin besar dan besar. Dan selain sekedar merintih, dia mulai berteriak. Kemudian yang mengagetkan, gadis manis yang bicaranya lemah lembut ini, mulai berteriak sangat kuat.
"Akhhh! Akh! Ohh... Akhhhhhhhhh!"
Saya memegangnya lebih dekat dan berkata "Lepaskan semuanya." Saya tahu dia tidak tahhu persis apa yang akan dilepaskan, tetapi jelas kelihatan bahwa dia tahu sesuatu yang sama sekali baru akan terjadi padanya. Dia berteriak dengan kombinasi yang sangat aneh.
"Oh tidak! Ya! Oh,tidak! Ya!"
"Ya atau tidak?" desak saya. "Ya atau tidak?"
Vaginanya benar-benar mulai terendam. Jari saya dipenuhi oleh suatu cairan yang tidak kental, sewaktu dia mulai berteriak,
"YA! YA! YA"
Dalam beberapa detik seluruh pinggulnya.. mengejang keluar dan kedalam.. sewaktu cairan panas melayang keluar. Ini berlanjut dalam beberapa menit dan keluar lagi berkali-kali.. sampai pada akhirnya.. dia memohon untuk menghentikan kenakalan jari-jari tangan saya..
 "Sudah mas.. sudah.. saya bisa pingsan kalau masih diteruskan.. saya sudah lemass sekali" pintanya.
Kemudian saya mengeluarkan jari saya dan memeluknya, Lisa memberi ciuman termanis yang pernah saya rasakan.
"Kamu tahu, aku belum pernah merasakan seperti tadi," katanya.
"Jadi kamu belum pernah mengalami keluar cairan ketika kamu orgasme?" Dia kelihatan bingung, dia menatap saya beberapa saat dan berkata, "Apa maksudmu?"
"Tidakkah kamu merasakan kenikmatan yang luar biasa saat
cairan itu keluar?"
"Yah," katanya. "Tentu saja."
"Jadi apa yang tidak kamu mengerti?"
"Tidakkah semua orgasme seperti itu?" Lisal bertanya. 
"Apakah rasanya selalu seperti itu?, Aku belum tahu." katanya.
"Itu adalah orgasme yang pertama yang saya alami."
Saya diam sejenak, "Apakah kamu belum pernah mengalami orgasme sebelumnya.. dan kamu pikir semua orgasme seperti itu?"
"Bukankan begitu?" Lisa bertanya.
"Tidak," jawab saya. "Bahkan tidak mendekati itu"
dan akhirnya kembali memberikan senyumannya yang sangat manis itu kepada saya, dan saya pun menikmatinya, malam itu kami lewati dengan penuh perasaan dan cinta kasih yang meluap-luap.

Senin, 22 Juli 2013

baru 4


Cerita Sex ku dengan tetangga Depan Rumah

Cerita Sex ku dengan tetangga Depan Rumah

Cerita panas ini terjadi beberapa waktu lalu, memang sebenarnya cerita panas ini termasuk ga lazim, namun cerita seks semacam ini seru banget lo, karena awalnya hanya gurauan sekarang menjadi kisah panas yang sangat menarik, mungkin bagi anda para suami yang menginginkan hal panas maksudnya dalam seks bisa mencoba hal ini. Cerita tersebut berawal dari istriku saat akan tidur, yang mengatakan bahwa evi tetangga depan rumah aq ternyata mempunyai suami yang impoten, aq agak terkejut tidak menyangka sama sekali, karna dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tdk mungkin, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga sekitar 5 tahun tapi blm dikaruniai seorang anakpun.
“bener pah, td evi cerita sendiri sm mama” kata istriku seolah menjawab keraguanku,
“wah, kasian banget ya mah, jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah?” pancingku
“iya” sahut istriku singkat

pikiran aku kembali menerawang ke sosok yg diceritakan istriku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi, aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di dpn rumahku jg, kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite, sehingga tidak ada pagar disetiap rumah, dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga, aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek, pinggulnya yg besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping, dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya yg keliatannya begitu padat bergotang mengikuti gerakan tubuhnya.
Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur aja aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjoilan buah dadanya yg sangat putih mulus. tapi ya aku hanya bisa memandang saja karna bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah teman aku. namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku menghayal gak karuan, dan entah ide dari mana, aku langsung bicara ke istriku yang keliatannya sudah mulai pulas.
“mah” panggilku pelan
“hem” istriku hanya menggunam saja
“gimana kalau kita kerjain evi”
“hah?” istriku terkejut dan membuka matanya
“maksud papa?”
Aku agak ragu juga menyampaikannya, tapi karna udah terlanjur juga akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku,
“ya, kita kerjain evi, sampai dia gak tahan menahan nafsunya”
“buat apa? dan gimana caranya?” uber istriku
lalu aku uraikan cara2 memancing birahi evi, bisa dengan seolah2 gak sengaja melihat, nbaik melihat senjata aku atau saat kamu ml, istriku agak terkejut juga
apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh evi, dia marah dan tersinggung
“papa sudah gila ya, mentang2 mama sudah gak menarik lagi!” ambek istriku tapi untunglah setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa mengiyakan rencanaku, istriku mulai melunak dan akhirnya kata2 yang aku tunggu dari mulutnya terucap.
“oke deh pah, kayanya sih seru juga, tapi inget jangan sampai kecantol, dan jangan ngurangin jatah mama” ancam istriku.
aku seneng banget dengernya, aku langsung cium kening istriku. “so pasti dong mah, lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari” sahutku.
“kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main” kataku bercanda istriku hanya terdiam cemberut manja.. mungkin juga membenarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.
keesokan paginya, kebetulan hari Sabtu , hari libur kerja, setelah kompromi dgn istriku, kami menjalankan rencana satu, pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan evi, aku mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan deg2an, setelah aku melihat mereka ngobrol serius, aku mulai menjalankan aksiku, aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani, dan sesuai skenario aku harus berjalan di jendela sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tidak sulit buatku karena sedari tadi melihat evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku hingga telanjang, senjataku berdiri menunjuk langit2, lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah2 mau mandi, aku yakin mereka melihat dengan jelas karena suasana pagi yang blm begitu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang. tapi untuk memastikannya aku balik kembali berpura2 ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi, sesampai dikamar mandiku, aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik, hemm segarnya, ternyata siraman air dingin dapat menetralkan otakku yg panas.
Setelah mandi aku duduk diteras berteman secangkir kopi dan koran, aku melihat mereka berdua masih mengobrol. Aku mengangguk ke evi yg kebetulan melihat aku sbg pertanda menyapa, aku melihat roma merah diwajahnya, entah apa yg dibicarakan istriku saat itu. Masih dengan peluh bercucuran istriku yg masih keliatan seksi jg memberikan jari jempolnya ke aku yang sedang asik baca koran, pasti pertanda bagus pikirku, aku segera menyusul istriku dan menanyakannya
“gimana mah?” kejarku
istriku cuma mesem aja,
” kok jadi papa yg nafsu sih” candanya
aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah evi keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya berubah.
“sepertinya evi sangat bernafsu pah” kata istriku.
“malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari2 suaminya aja”
“oh” aku cuma mengangguk setelah tahu begitu,
“trus, selanjutnya gimana mah? ” pancing aku
“yah terserah papa aja, kan papa yg punya rencana”
aku terdiam dengan seribu khayalan indah,
“ok deh, kita mikir dulu ya mah”
aku kembali melanjutkan membaca koran yg sempat tertunda, baru saja duduk aku melihat suami evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat menyapaku
“pak, lagi santai nih, yuk berangkat pak” sapanya akrab
aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.
“pucuk dicinta ulam tiba” pikirku, ini adalah kesempatan besar, evi di rumah sendiri, tapi gimana caranya? aku memutar otak, konsentrasiku tidak pada koran tapi mencari cara untuk memancing gairah evi dan menyetubuhinya, tapi gimana? gimana? gimana?
sedang asiknya mikir, tau2 orang yang aku khayalin ada di dpn mataku,
“wah, lagi nyantai nih pak, mbak yeni ada pak?” sapanya sambil menyebut nama istriku
“eh mbak evi, ada di dalam mbak, masuk aja” jawabku setengah gugup
evi melangkah memasuki rumahku, aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.
aku kembali hanyut dengan pikiranku, tapi keberadaan evi di rumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras dan masuk ke rumah juga, aku ingin melihat mereka, ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk,
“hayo, pagi2 sudah ngegosip! pasti lagi ngobrolin yg seru2 nih” candaku
mereka berdua hanya tersenyum.
aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langit2 kamar, dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka, tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang dari diruang tamu, tentunya mereka bisa melihat aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol?
reflek aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa kesudut yg aku perkirakan mereka dapat melihat, lalu aku lepas celana pendekku dan mulai mengocok senjataku, ehmm sungguh nikmat, aku bayangkan evi sedang melihatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.
tapi tiba2 saja pintu kamarku terbuka, istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.
“pa, apa2an sih pagi2 udah ngocok, dari ruang tamu kan kelihatan” semprot istriku
“hah?, masa iya? tanyaku pura2 bego.
“evi sampai malu dan pulang tuh” cerocosnya lagi, aku hanya terdiam,
mendengar evi pulang mendadak gairahku jadi drop, aku kenakan kembali celanaku.
sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya, sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh evi,
” pasti lagi mikirin evi nih, bengong terus, awas ya bertindak sendiri tanpa mama” ancam istriku “mama mau arisan dulu sebentar”
aku cuma mengangguk aja,
5 menit setelah istriku pergi, aku terbangun karna di dpn rumah terdengar suara gaduh, aku keluar dan melihat anakku yg laki bersama teman2nya ada di teras rumah evi dengan wajah ketakutan, aku segera menghampirinya, dan ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman2nya mengenai lampu taman rumah evi hingga pecah, aku segera minta maaf ke evi dan berjanji akan menggantinya, anakku dan teman2nya kusuruh bermain di lapangan yg agak jauh dari rumah.
“mbak evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat gantiin” pamitku
“eh gak usah pak, biar aja, namanya juga anak2, lagian aku ada lampu bekasnya yg dari developer di gudang, kalau gak keberatan nanti tolong dipasang yang bekasnya aja” aku lihat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer, tapi otakku jd panas melihat cara bicaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri.
“kalau gitu mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang” kataku
“wah aku gak sampe pak, tolong diambilin didalam” senyumnya.
kesempatan datang tanpa direncanakan, aku mengangguk mengikuti langkahnya, lalu evi menunjukan gudang diatas kamar mandinya, ternyata dia memanfaatkan ruang kosong diatas kamar mandinya untuk gudang.
“wah tinggi mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?” tanyaku
“gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak” tanyanya
“coba aja” kataku.
Evi berjalan ke dapur mengambil bangku, lambaian pinggulnya yang bulat seolah memanggilku untuk segera menikmatinya, meskipun tertutup rapat, namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya.
lamunanku terputus setelah evi menaruh bangku tepat didepanku, aku segera naik, tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu gudang,
“gak sampe mba” kataku
aku lihat evi agak kebingungan,
“dulu naruhnya gimana mbak? ” tanyaku
“dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga”
“kalau gitu aku pinjem tangga dulu ya mba sama tetangga”
aku segera keluar mencari pinjaman tangga, tapi aku sudah merencanakan hal gila, setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku, hingga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembali ke rumah evi dgn membawa tangga, akhirnya aku berhasil mengambil lampunya. dan langsung memasangnya, tapi ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebih besar, aku kembali ke dalam rumah dan mencari dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2 semua tetapi tidak ketemu jg, aku turun dan memanggil evi, namun aku sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil, “pasti ada dikamar: pikirku “wah bisa gagal rencanaku memancingnya jika evi dikamar terus”
aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul, aku coba mengintip dari lubang kunci dan ternyata….
Aku dapat pemandangan bagus, aku lihat evi sedang telanjang bulat di atas tempat tidurnya, jari2nya meremas buah dadanya sendiri, sedangkan tangan yang satunya menggesek2 klitorisnya, aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andai saja tangan aku yang meremas buah dadanya… sedang asik2nya mengkhayal tiba2 evi berabjak dari tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kembali, mungkin dia inget ada tamu, aku segera lari dan pura2 mencari kegudang, senjataku yang masih tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa cd.
“loh, nyari apalgi pak?” aku lihat muka evi memerah, ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku
“ini mbak, dudukannya lain dengan lampu yang pecah” aku turun dari tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tidak tahu keadaan celanaku, evi tampak sedikit resah saat bicara.
“jadi gimana ya pak? mesti beli baru dong” suara evi terdengar serak, mungkin ia menahan nafsu melihat senjataku dibalik celana pendekku, apalagi dia tadi sedang masturbasi.
Aku pura2 berfikir, padahal dalam hati aku bersorak karena sudah 60% evi aku kuasai, tapi bener sih aku lagi mikir, tapi mikir gimana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu sempurna??
“kayanya dulu ada pak. coba aku yang cari” suara evi mengagetkan lamunanku, lalu ia menaiki tangga, dan sepertinya evi sengaja memancingku, aku dibawah jelas melihat paha gempalnya yang putih mulus tak bercela, dan ternyata evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam, tapi sepertinya evi cuek aja, semakin lama diatas aku semakin tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda siap melaksanakan tugasnya.
Setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, evi turun dari tangga, tapi naas buat dia ( Atau malah sengaja : ia tergelincir dari anak tangga pertama, tidak tinggi tapi lumayan membuatbya hilang keseimbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya dari belakang, hemmm sungguh nikmat sekali, meskipun masih terhalang celana dalam ku dan dasternya tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat evi, dan aku yakin evi pun merasakan denyutan hangat dipantatnya, “makasih pak” evi tersipu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn ucapan makasihnya
“gak papa kok, tapi kok tadi seperti ada yg ngeganjel dipantatku ya”?” sepertinya evi mulai berani, akupun membalasnya dgn gurauan,
“oh itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas”
“tugas apa nih?” evi semakin terpancing
aku pun sudah lupa janji dgn istriku yang ga boleh bertindak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dikuasai nafsu.
“tugas ini mbak!” kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku
aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu ternyata evipun dengan buas melumat bibirku juga, mungkin iapun menunggu keberanianku, ciuman kami panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular, tangan evi langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang tegang sehingga evi begitu liar meremasnya, aku balas meremas buah dadanya yang negitu kenyal, meskipun dari luar ali bisa pastiin bahwa evi tidak mengenakn bra, putingnya langsung mencuat, aku pilin pelan putingnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kami semakin panas bergelora
tapi tiba2
“sebentar mas!” evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan, aku cuma melongo dipanggil dengan mas yang menunjukan keakraban
“sini mas!” ia memanggilku masuk kekamarnya
aku segera berlari kecil menuju kamarnya, evi langsung melepas dasternya, dia bugil tanpa sehelai benangpun di depan mataku. sungguh keindahan yang benar2 luar biasa, aku terpana sejenak melihat putih mulusnya badan evi. bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan kulitnya yg bersih. lekuk pinggangnya sungguh indah.
tapi hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku, senjataku yang dari tadi mengeras menunjuk keatas, tapi ternyata aku kalah buas dengan evi. dia langsung berjongkok di depanku yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya.
Lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, sungguh benar2 liar, mungkin karna evi selama ini tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras, kadang ia mengocoknya dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku, aku segera menariknya keatas, lalu mencium bibirnya, nafasnya yang terasa wangi memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya, aku dorong tubuhnya yang aduhai ke ranjangnya, aku mulai mengeluarkan jurusku, lidahku kini mejalari lehernya yang jenjang dan putih, tanganku aktif meremas2 buah dadanya lembut, putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pillin2, kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu lebat, aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi. lidahku mulai menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar2 kenyal.
Dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya evi semakin mendesah tak karuan, rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah dadanya. aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh evi yang luput dari sapuan lidahku, bahkan pinggul pantat dan pahanya juga, apalagi saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat, setelah bersusah payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke klitorisnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klitnya dengan lembut, evi semakin hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nikmat yang aku berikan, lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakin asik dengan aroma kewanitaan evi yang begitu wangi dan menambah birahiku.
Tapi sedang asik2nya aku mencumbu vaginanya, evi tiba2 bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekali sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada diatas perutku, tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulai menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskipun basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat. mungkin karna selama ini hanya jari saja yang masuk kedalam vaginanya, centi demi centi senjataku memasuki vaginanya berbarengan dengan pantat evi yang turun, sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vaginanya, sungguh pengalaman indah, aku merasakan nikmat yang luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot2 senjataku, evi terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapi tak lama.
Pantatnya yang bahenl dan mulus nulaik bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran di tubuh kami, tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pinggul evi semakin lama semakin cepat dan tak beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasiku sekuat mungkin, dan tak lama berselang, aku merasakan denyutan2 vagina evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya evi berteriak keras melepas orgasmenya, giginya menancap keras dibahuku…
evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku, akhirnya tubuhnya yang sintal terlungkup diatas tubuhku, senjataku masih terbenam didalam kemaluannya,aku biarkan dia sejenak menikmati sisa2 orgasmenya setelah beberapa menit aku berbisik ditelinganya, “mba, langsung lanjut ya? aku tanggung nih” evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk dipinggir ranjang, “makasih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme yang luar biasa” ia kembali melumat bibirku.aku yang masih terlentang menerima cumbuan evi yang semakin liar, benar2 liar, seluruh tubuhku dijilatin dengan rakusnya, bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan menjilat putingku, sungguh nikmat, aliran daraku seperti mengalir dengan cepat, akhirnya aku ambil kendali, dengan gaya konvensional aku kemabli memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapi tetap masih ketat menjepit senjataku, pantatku bergerak turun naik, sambil lidahku mengisap buah dadanya bergantian, aku liat wajah evi yang cantik memerah pertanda birahinya kembali naik, aku atur tempo permainan, aku ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan, dan entah sudah berapa kali evi orgasme, aku tdk menghitungnya, aku hanya inget terakhir aku oake gaya doggy yang benar2 luar biasa, pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk. dan memang aku benar2 tak sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin, pantat evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku,tapi aku masih ingat satu kesadaran “mbak diluar atau didalam?” tanyaku parau terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku
Evipun menjawab dengan serak akibat nafsunya ” Didalam aja mas, aku lagi gak subur”
dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detik setelah evi menjawab aku hentakan keras senjataku dalam vaginanya, seluruh tubuhku meregang kaku, aliran kenikmatan menuju penisku dan memeuntahkan laharnya dalam vagina evi, ada sekitar sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan kedalam vaginanya, sementara evi aku lihat menggigit sprey dihadapannya, mungkin iapun mengalami orgasme yg kesekian kalinya.
 
 
  
 


 

Cerita Keperawanan Hilang di malam Valentine

Cerita Keperawanan Hilang di malam Valentine

Ini kisah nyata pernah dituturkan oleh seorang siswi SLTP yang saya gubah dalam bentuk cerpen semoga Cerita Dewasa, Keperawanan Hilang Di Malam Valentine bisa diambil ibrahnya dan dengan lantang rame-rame kita bilang Say No to Valentine day dan jangan sekali-kali latah untuk ikutan rayain ya!. Berikut Cerita Dewasa, Keperawanan Hilang Di Malam Valentine


Cerita Dewasa, Keperawanan Hilang Di Malam Valentine
ilustrasi Cerita Dewasa, Keperawanan Hilang Di Malam Valentin

Bunga-bunga bertaburan indah didepan mata Rein, aromanya nyaman di hidung membangkitkan semangat untuk segera meraupnya. Tak tersisa. Dia pun jingkrak-jingkrak. Ya, ini kali pertama Rein diijinkan Ayahnya untuk keluar dengan Dev, pacarnya. Setelah pertaruhan argumen dan sedikit ancaman dari Rein akan mengurung diri di kamar jika tak diijinkan keluar. Maklumlah Rein adalah anak perempuan satu satunya. Dan bukan pertama kalinya keinginannya harus dipenuhi. Meski menyimapan kekhawatiran Ayah dan Ibunya terpaksa mengijinkannya. Kata terakhir yang keluar sebelum mereka pergi adalah “ Dev, saling Menjaga ya?”. Bukan tak mempercayai Dev, tapi mereka sama-sama masih SLTP, masih terlalu kecil untuk diamanahi apapun.

Seperti burung lepas kandang, mereka terbang jauh mengelilingi batas-batas daerah, mereka tak sadar musuh tentunya siap-siap dengan taringnya. Sampailah mereka jauh dari Desa, dari pantauan kakak Rein, orangtua dan masyarakat yang akan membela mereka. Taman Rimba. Ya letaknya didalam Kota. Meski dalam Kota, taman ini adalah hutan buatan tempat binatang yang dilindungi. Biasanya jika disiang hari tempat ini dijadikan liburan keluarga. Hiburan murah meriah sambil mengenal satwa bagi anak anak mereka. Dev memilih tempat ini karena pada malam itu akan banyak pasangan ABG yang merayakan Hari Valentine dan mencatatkan moment paling berharga dalam sejarah percintaan mereka.

***
“Dev, kita pulang yuk!” Rein mulai jengah dengan suasana taman, makin malam makin banyak muda mudi yang datang. Sebagian dari mereka bertahan tetap di arena menikmati acara yang disediakan panitia. Ada juga yang menghabiskan waktu dengan keliling taman, duduk-duduk, tak sekali Rein jumpai pasangan sedang berpelukan, lip kissing seperti yang dilihatnya di film-film percintaan Korea bahkan lebih… Saat itu sulit dibedakan mana penghuni taman rimba dan mana yang pengunjungnya.

“Bentar lagi Rien, sayangkan jauh-jauh kita cepat pulang. Acaranya baru juga dimulai. Siapa tau nanti kita dapat doorprize atau kita dinobatkan jadi pasangan paling mesra. Apa kamu gak ingin kita selalu mengingat moment ini. Ketika semua orang memandang iri”. Manjur, perkataan Dev meluluhkan hati Rein untuk tetap bertahan. Dev adalah cinta pertamanya. Dia sangat menyayangi lelaki itu dan tak ingin buat dia kecewa.

Jam menunjukan pukul 21.40 WIB ketika Rein melihat jam pada handphonenya. Ada banyak panggilan tak terjawab disana. Ia lupa untuk mengubah nada silent dari sepulang sekolah tadi. “ Rein, kamu dimana? Lekas pulang! “, itu sms yang dikirim kakaknya. Hendra. Ren semakin gusar.

“Dev, pokoknya kita pulang sekarang! Ayah cemas. Ini sudah terlalu malam.” Dev hanya pandangi wajah kekasihya itu sekilas dengan gurat kecewa. Karena ia masih ingin menikmati acara demi acara. Dev berlalu menuju tempat parkiran. Rein mengambil helm dari tangan Dev masih tetap dengan isyarat sunyi.

Suasana mencekam, gelap dan sunyi, suara sound speaker terdengar sangat jauh. Tiba-tiba motor yang dikendarai Dev mogok. Bagi orang yang waras tentu lebih memilih tidur berselimut dirumah dari pada keluyuran. Kalau tidak karena permintaan Dev tentu Rien lebih memilih dirumah saja. Rien masih mengingat permohonan Dev.

“ Rien, sekali ini saja, malam Valentine. Malam kasih sayang. Malam seluruh dunia berbahagia. Merayakan!. Besok jam sekolah kosong juga hanya diisi eskul kan?”. “Menyesalkah ? entahlah dilain sisi Rein juga menikmati setiap detik, menit dan seluruh waktu bersama Dev. Setiap getaran yang mengalir mengingatkan pada Rien, mungkin cinta memerlukan pengorbanan. Pengorbanan ?

Pada akhirnya Rien benar benar dituntut untuk berkorban. Pengorbanan yang tak pernah diharapkan. Dibayangkan, oleh Dev, dirinya atau siapapun juga. Pengorbanan yang sia sia. Konyol. Sewaktu motor Dev mogok, dua orang pria tinggi besar berpawakan polisi menghampiri.

“kalian disini ngapain?” Tanya seorang lelaki yang berambut ikal kepak

“ motor kami mogok, Bang! “

“Alasan! Kalian mau mesum ya ?”

“ bener! gak bang! Jawab Dev, yang mulai menciut mentalnya. Pasalnya dua lelaki itu membentak.

“ikut kami! Ajak lelaki itu setelah bertanya alamat dan kartu pelajar. Lelaki perpawakan polisi itu mengintrogasi Dev dan Rein secara terpisah.

“ kamu pasti sudah mesum ? kamu sudah tak perawan kan ? Tanya lelaki itu ke Rein

“ Rein hanya terisak pasalnya dia takut suara tinggi, bentakan. Orang tuanya tak pernah membentaknya. Ditambah lagi suasana hutan yang gelap, hanya cahaya handphone dari lelaki asing itu. “Dev, dimana kau ?“ pikirnya.

“Dev!!!” hanya kata itu yang sanggup keluar. Sekarang Rien benar-benar takut bukan saja karena bentakan tapi laki-laki itu menyusupkan tangannya dikemeja Rien

“ Alahhh!, kamu juga sudah tidak perawankan?, jangan berisik ! Sal yang dipake Rien berpindah membungkam mulutnya. Tenaga lelaki itu terlalu kuat. Rien tak dapat berbuat apa apa dan tak mengetahui apa apa? Hal buruk telah menimpanya.

Ditempat yang berbeda Dev dimintai uang dan handphonenya. Jika tidak diberikan maka akan diancam dimasukan ke kantor polisi. Nyali Dev yang masih SLTP tak bertahan, dan tidak bisa berpikir panjang. Apalagi ia berasal dari Desa. Mentalnya bertekuk lutut diserahkan uang tiga puluh ribuan itu beserta handphonenya.

***
“ arrrgh! Kenapa kamu tak bilang dari tadi Rein? Geraham Dev saling bertemu. Geram. Setelah mendengar pengakuan Rein. Dia putar motornya kearah tempat dimana motornya tadi mogok. Dia putari seluruh taman. Sia sia. Tidak ia temui dua lelaki tersebut. Putus harapan ia beranikan diri untuk menghampiri pos satpam penjagaan dan menanyakan tentang dua lelaki tersebut. Tapi penjaga mengaku tidak mengenali sama sekali dengan ciri ciri yang disebutkan. “ kalau polisi yang patroli disini biasanya pake seragam Dek” jelas penjaga tersebut. Setitik jalan keluar tak mereka temui sedikitpun, semua tertutup. Gelap dan semakin gelap seperti hari yang hampir mendekati tengah malam. Dev dan Rien merayakan hari Valentine penuh dengan tangis. Tangis yang tak akan pernah kering sampai kapanpun.

***
Rien pagi pagi sekali datang ke sekolah. Ia sangat bingung harus bagaimana. Ingin segera ia bertemu dengan Dev. Matanya tak terpejam barang semenitpun. Bukan karena berkumpulnya rindu seperti hari biasa tapi karena kecemasan dan rasa shok bersekongkol disana. Tak disangkanya Dev sudah berada di kelas. Senyumanya berubah menjadi masam. Dia lihat Dev bersama Sri. Dilihatnya coklat ditangan Sri. “Dev, beri aku penjelasan?” ditariknya Dev kebelakang kelas.

“Rien, maaf aku masih jejaka. Gila!, kalau aku memperoleh yang tidak perawan”. Jawab Dev sambil menunduk. Sri sudah lama mencintaiku. Tidak salahnya aku mengobati kekecewaan ini dengannya. Aku kecewa Rien. Aku shok”. Sekarang Rien yang benar benar merasa gila. Tangisnya sudah kering. Badannya kehilangan kekuatan. Disandarkannya lama di tiang bangunan. Sunyi. Sampai tanda bel masuk berbunyi.

“ Maaf Rien, kuharap kamu baik-baik saja. Yuk kita masuk”. Kata Dev sambil berlalu.

***
Hari ini ruang kelas terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kegiatan eskul hari ini diisi dengan kegiatan Rohis. Miss. Salsabillah adalah guru Bahasa Inggris yang dipercaya Kepala Sekolah sebagai tutor kegiatan Rohis di kelas dua. Kelasnya Rien. Banyak murid yang menyukainya, suaranya lembut, teduh, tak pernah marah-marah dan yang terpenting adalah dia bisa diterima oleh anak-anak dalam memberikan tausyiah meskipun dia bukanlah lulusan dari pesantren atau sekolah tinggi agama. Kedahsyatan dalam mencari ilmu Agama secara otodidak mengantarkannya menjadi sesosok muslimah yang ideal.

Betapa terkejutnya dia ketika sampai dikelas semua murid mengucapkan “ Happy Valentine Miss! Secara serentak. Wow. Disela kebingungannya murid-murid menyisipkan coklat, bunga atau entah apa isinya yang dibungkus rapi bersama sampul warna pink. Dia tak pernah merayakannya. Saat itu adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan Aqidah dan menghapus lata murid yang ikut-ikutan merayakan Valentine.

“hari ini hari Valentine? Tanya Salsabillah kepada muridnya setelah kondisi lumayan tenang.

“ Iya Miss “

“Apa itu Valentine ?”

“Ah, Miss kolot masak hari gini gak ngerti valentine. Capek deh!!!” kata seorang murid.

Murid yang lain menimpali, “ hari kasih sayang Miss,”

“siapa yang bilang?” menarik perhatian muridnya. Suasana sunyi. “ sudah biasa Miss, kami ngerayain kata seorang murid yang agak jangkung “. Salsabillah mengelus dada di perdesaan seperti ini berita atau kabar kekafiran cepat sekali menyebar dan itu diikuti.

“ masih ingat dengan ayat yang mengatakan jangan mengikuti sesuatu tanpa ilmu pengetahuan?”. Kembali sunyi. Kemudian Billah melanjutkan, “kita tidak boleh mengikuti perayaan Valentine karena ini adalah kebiasaan orang orang kafir. Mau kita dimasukan kepada golongan orang orang kafir?”. Murid-muridpun menggeleng tanpa suara. Dari bangku paling ujung seorang murid bertanya, “ kenapa Miss? Kan Valentine bukan untuk orang berpacaran saja tapi juga untuk anak ke orang tua, sesama teman dan dengan guru. Bukankah itu baik? Kenapa dibilang mengikuti orang orang kafir. Kalau untuk yang pacaran bolehlah dibilang begitu.” Salsabillah tersenyum berarti tausyiah tentang haramnya pacaran minggu kemarin masuk kepemikiran anak muridnya. Kemudian Salsabillah mulai bercerita tentang asal usul kenapa Valentine itu haram. Diputarnya memori tentang asal usul ini yang pernah ia baca dari majalah Islam.

“ Valentine itu berasal dari nama seorang Santo yang dibunuh karena ia menentang Raja Claudius II yang melarang para pemuda untuk menikah pada zaman itu. Menurut Raja, pemuda yang menikah tidak bisa berkonsentrasi dalam berperang. Pada waktu itulah St. Valentine membangkang, ia tetap menikahkan pemuda-pemuda tersebut. Tapi lambat laun ia ketahuan. Raja marah lalu membunuhnya. Untuk mengenang dan mengagungkan keberanian sang Santo maka dikenallah pada hari kematiannya sebagai hari kasih sayang yaitu pada tanggal 14 Februari. Selain itu orang Eropa percaya pada tanggal tersebut adalah musim semi atau musim kawin. Makanya banyak orang-orang didunia yang ikut-ikutan ngerayain. Jadi bagi kita muslimah kita harus pahami sejarah ini. Perayaan ini tidak ada dalam Islam. Agar kelak kita tidak menyesal karena termasuk golongan kafir. Kalau kita ikut-ikutan ngerayain, kita tak ada bedanya dengan mereka seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasalam “ barang siapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka (HR. abu Daud ). Jadi jangan asal asal ikutan ya? Jika untuk memperingati hari kasih sayang bisa kok tiap hari tanpa mengkhususkan hari hari tertentu. Jadi masih mau ikutan merayakan Valentine nih? Mau digabunggin sama orang-orang kafir ?“ Tanya Sallabillah. Ia pandangi semua isi kelas. Ia lahap semua mata murid-muridnya. Semua tertunduk. Ada yang paham. Ada yang nyeletuk “ ih, Miss ni gak gaul banget, apa apa gak boleh”. Ia tersenyum dan berdo’a semoga diberikan hidayah dan pemahaman kepada murid muridnya. Dibangku nomor tiga ia tangkap sesosok Rein, tidak seperti biasa. Wajahnya pucat, ketika beradu pandang, matanya penuh dengan ketakutan.

***
Rein masih hanyut dalam pikirannya. Seandainay Rein dengarkan kata-kata Salsabillah untuk tidak berpacaran tentu tak akan seperti ini. Dulu dia tidak percaya kata-kata Salsabillah. Menurut Rein pacaran bukanlah berzina seperti yang dikatakan Salsabillah. Baginya pacaran hanya untuk memotivasi dia belajar. Semua sudah terlambat, Dev yang diharapkan bisa jadi motivasi belajar adalah lelaki brengsek yang tak punya hati sama sekali. Tapi Dev juga tidak bisa disalahkan, siapa yang mau dengan perempuan yang tak perawan? Lalu siapa yang disalahkan! Tuhan ? bukankah Tuhan sudah menegurnya, memanggilnya untuk tidak mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al-Isra :32 ). “menagislahlah nak!, menagislah kalau kamu belum siap cerita sekarang, Ibu tunggu. Menangislah!, jika buatmu tenang!”. Diberikannya punggung Salsabillah. Mereka berdua berpelukan seperti seorang anak dan Ibunya. Rein terus menangis, ia mulai mengerti sebenarnya hidup ini memang penuh tangis entah tangis diciptakan karena kesalahan diri sendiri, entah karena orang lain atau memang waktunya harus menagis.

Cerita Sex pesta Perawan

Cerita Sex pesta Perawan

Tidak sampai di situ, beberapa menit
kemudian Pak Hr membalik tubuhku
hingga menungging di hadapannya.
Ia ingin pakai doggy style rupanya.
Tangan lelaki itu kini lebih leluasa
meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini
menggantung berat ke bawah.
Sebagai seorang wanita aku memiliki
daya tahan alami dalam bersetubuh.
Tapi bahkan kini aku kewalahan
menghadapi Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya.
Sudah hampir setengah jam ia
bertahan. Aku yang kini duduk
mengangkangi tubuhnya hampir
kehabisan nafas. Kupacu terus goyangan pinggulku,
karena aku merasa sebentar lagi aku
akan memperolehnya. Terus…,
terus…, aku tak peduli lagi dengan
gerakanku yang brutal ataupun
suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa
itu. Dan ketika klimaks itu sampai,
aku tak peduli lagi…, aku memekik
keras sambil menjambak rambutnya.
Dunia serasa berputar. Sekujur
tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini.
Sungguh ironi memang, aku
mendapatkan kenikmatan seperti ini
bukan dengan orang yang aku
sukai. Tapi masa bodohlah. Berkali-kali kuusap keringat yang
membasahi dahiku. Pak Hr kemudian
kembali mengambil inisiatif. kini
gantian Pak Hr yang menindihi
tubuhku. Ia memacu keras untuk
mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar,
sementara goyangan pinggulnya
pun semakin cepat dan kasar.
Peluhnya sudah penuh membasahi
sekujur tubuhnya dan tubuhku.
Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini.
Walaupun sudah berumur tapi masih
bertahan segitu lama. Bahkan
mengalahkan semua cowok-cowok
yang pernah tidur denganku,
walaupun mereka rata-rata sebaya denganku. Namun beberapa saat kemudian, Pak
Hr mulai menggeram sambil
mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki
tua itu bergetar hebat di atas
tubuhku. Penisnya menyemburkan
cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya. Beberapa saat kemudian, perlahan-
lahan kami memisahkan diri. Kami
terbaring kelelahan di atas kasur itu.
Nafasku yang tinggal satu-satu
bercampur dengan bunyi nafasnya
yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami
yang sudah tercerai berai. Aku sendiri terpejam sambil mencoba
merasakan kenikmatan yang baru
saja aku alami di sekujur tubuhku ini.
Terasa benar ada cairan kental yang
hangat perlahan-lahan meluncur
masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik. Bagian bawah tubuhku itu terasa
benar-benar banjir, basah kuyub.
Aku menggerakkan tanganku untuk
menyeka bibir bawahku itu dan
tanganku pun langsung dipenuhi
dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana. “Bukan main Winda, ternyata kau
pun seperti kuda liar!” kata Pak Hr
penuh kepuasan. Aku yang
berbaring menelungkup di atas
kasur hanya tersenyum lemah. aku
sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak
beristirahat. Persetan dengan
tubuhku yang masih telanjang bulat. Pak Hr kemudian bangkit berdiri, ia
menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki
tua itu mulai mengenakan kembali
pakaiannya. Aku pun dengan malas
bangkit dan mengumpulkan
pakaiannya yang berserakan di lantai. Sambil berpakaian ia bertanya,
“Bagaimana dengan ujian saya
pak?”. “Minggu depan kamu dapat
mengambil hasilnya”, sahut laki-laki
itu pendek. “Kenapa tidak besok pagi saja?”,
protes aku tak puas. “Aku masih ingin bertemu kamu,
selama seminggu ini aku minta agar
kau tidak tidur dengan lelaki lain
kecuali aku!”, jawab Pak Hr. Aku sedikit terkejut dengan
jawabannya itu. Tapi akupun segera
dapat menguasai keadaanku.
Rupanya dia belum puas dengan
pelayanan habis-habisanku barusan. “Aku tidak bisa janji!”, sahutku
seenaknya sambil bangkit berdiri
dan keluar dari kamar mencari kamar
mandi. Pak Hr hanya mampu
terbengong mendengar jawabanku
yang seenaknya itu. Aku sedang berjalan santai
meninggalkan rumah pak Hr, ini
pertemuanku yang ketiga dengan
laki-laki itu demi menebus nilai
ujianku yang selalu jeblok jika ujian
dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main
denganku. Dasar…, namun harus
kuakui, dia laki-laki hebat, daya
tahannya sungguh luar biasa jika
dibandingkan dengan usianya yang
hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini
dia masih sanggup menggarapku
tiga kali, sekali di ruang tengah
begitu aku datang, dan dua kali di
kamar tidur. Aku sempat terlelap
sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang.
Berutung kali ini, aku bisa
memaksanya menandatangani
berkas ujian susulanku. “Masih ada mata kuliah Pengantar
Berorganisasi dan Kepemimpinan”,
katanya sambil membubuhkan nilai
A di berkas ujianku. “Selama bapak masih bisa
memberiku nilai A”, kataku pendek. “Segeralah mendaftar, kuliah akan
dimulai minggu depan!”. “Terima kasih pak!” kataku sambil
tak lupa memberikan senyum
semanis mungkin.

“Winda!” teriakan seseorang
mengejutkan lamunanku. Aku
menoleh ke arah sumber suara tadi
yang aku perkirakan berasal dari
dalam mobil yang berjalan perlahan
menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah
yang sangat aku benci muncul dari
balik pintu Mitsubishi Galant keluaran
tahun terakhir itu. “Masuklah Winda…”. “Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan
sendiri koq!”, Aku masih mencoba
menolak dengan halus. “Ayolah, masa kau tega menolak
ajakanku, padahal dengan pak Hr
saja kau mau!”. Aku tertegun sesaat, Bagai disambar
petir di siang bolong. “Da…,Darimana kau tahu?”. “Nah, jadi benar kan…, padahal aku
tadi hanya menduga-duga!” “Sialan!”, Aku mengumpat di dalam
hati, harusnya tadi aku bersikap lebih
tenang, aku memang selalu nervous
kalau ketemu cowok satu ini,
rasanya ingin buru-buru pergi dari
hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu. Seperti tipikal orang Indonesia
bagian daerah paling timur, cowok
ini hitam tinggi besar dengan postur
sedikit gemuk, janggut dan cambang
yang tidak pernah dirapikan dengan
rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya
memakai kemeja yang tidak pernah
dikancingkan dengan benar
sehingga memamerkan dadanya
yang penuh bulu. Dengan asesoris
kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup
menunjukkan bahwa dia ini orang
yang memang punya duit. Namun,
aku menjadi muak dengan
penampilan seperti itu. Dino memang salah satu jawara di
kampus, anak buahnya banyak dan
dengan kekuatan uang serta gaya
jawara seperti itu membuat dia
menjadi salah satu momok yang
paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan
mungkin bahkan tidak pernah lulus,
namun tidak ada orang yang berani
mengusik keberadaannya di kamus,
bahkan dari kalangan akademik
sekalipun. “Gimana? Masih tidak mau masuk?”,
tanya dia setengah mendesak. Aku tertegun sesaat, belum mau
masuk. Aku memang sangat tidak
menyukai laki-laki ini, Tetapi
kelihatannya aku tidak punya pilihan
lain, bisa-bisa semua orang tahu apa
yang kuperbuat dengan pak Hr, dan aku sungguh-sungguh ingin
menjaga rahasia ini, terutama
terhadap Erwin, tunanganku. Namun
saat ini aku benar benar terdesak
dan ingin segera membiarkan
masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan
saja ajakannya. Dino tertawa penuh kemenangan, ia
lalu berbicara dengan orang yang
berada di sebelahnya supaya
berpindah ke jok belakang. Aku
membanting pantatku ke kursi mobil
depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda.
Kesenangan. “Ke mana kita?”, tanyaku hambar. “Lho? Mestinya aku yang harus
tanya, kau mau ke mana?”, tanya
Dino pura-pura heran. “Sudahlah Dino, tak usah berpura-
pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku
sudah sedemikian pasrahnya. Aku
sudah tidak mau berpikir panjang
lagi untuk meminta dia menutup-
nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa. “Rupanya dia cukup mengerti apa
kemauanmu Dino!”, Dia
berkomentar. “Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang
itu namanya Maki, orang dengan
penampilan hampir mirip dengan
Dino kecuali rambutnya yang
dipotong crew-cut. “Bagaimana kalau ke rumahku saja?
Aku sangat merindukanmu Winda!”,
pancing Dino. “Sesukamulah…!”, Aku tahu benar
memang itu yang diinginkannya. Dino tertawa penuh kemenangan. Ia melarikan mobilnya makin
kencang ke arah sebuah kompleks
perumahan. Lalu mobil yang
ditumpangi mereka memasuki
pekarangan sebuah rumah yang
cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu
Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota
Great Corolla namun keduanya
kelihatan diparkir sekenanya tak
beraturan. Interior depan rumah itu sederhana
saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak
perabotan pecah belah. Tak lebih.
Dindingnya polos. Demikian juga
tempok ruang tengah. Terasa betapa
luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak
minuman beraneka ragam terdapat
di sudut ruangan, menghadap ke
taman samping. Sebuah stereo set
terpasang di ujung bar. Tampaknya
baru saja dimatikan dengan tergesa- gesa. Pitanya sebagian tergantung
keluar.

Dari pintu samping kemudian muncul
empat orang pemuda dan seorang
gadis, yang jelas-jelas masih
menggunakan seragam SMU. Mereka
semua mengeluarkan suara
setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya
sesuku dengan Dino atau
sebangsanya, sedangkan yang satu
lagi seperti bule dengan rambutnya
yang gondrong. Sementara si gadis
berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang
hitam lurus dan panjang tergerai
sampai ke pinggang, ia memakai
bandana lebar di kepalanya dengan
poni tebal menutupi dahinya.
Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia
keturunan Cina atau sebangsanya.
Harus kuakui dia memang cantik,
seperti bintang film drama Mandarin.
Berbeda dengan penampilan ketiga
laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan
mereka, dilihat dari tampangnya
yang masih lugu. Ia masih
mengenakan seragam sebuah
sekolah Katolik yang langsung bisa
aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa
bergaul dengan orang-orang ini. Dino bertepuk tangan. Kemudian
memperkenalkan diriku dengan
mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal
orang sebangsa Dino, Tito berbadan
tambun dan yang bule namanya
Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang
laki-laki memandang diriku dengan
mata “lapar” membuat aku tanpa
sadar menyilangkan tangan di depan
dadaku, seolah-olah mereka bisa
melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini. Tampak tak sabaran Dino menarik
diriku ke loteng. Langsung menuju
sebuah kamar yang ada di ujung.
Kamar itu tidak berdaun pintu,
sebenarnya lebih tepat disebut ruang
penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di
salah satu ujungnya merupakan
pintu tembusan ke ruang lain. Di sana ada sebuah kasur yang
terhampar begitu saja di lantai kamar.
Dengan sprei yang sudah acak-
acakan. Di sudut terdapat dua buah
kursi sofa besar dan sebuah meja
kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang
cover depannya saja bisa membuat
orang merinding. Bergambar
perempuan-perempuan telanjang. Aku sadar bahkan sangat sadar, apa
yang dimaui Dino di kamar ini. Aku
beranjak ke jendela. Menutup
gordynnya hingga ruangan itu
kelihatan sedikit gelap. Namun tak
lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar
membelakangi Dino, dan mulai
melucuti pakaian yang aku kenakan.
Dari blouse, kemudian rok
bawahanku kubiarkan meluncur
bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik
menghadap Dino. Betapa terkejutnya aku ketika aku
berbalik, ternyata di hadapanku kini
tidak hanya ada Dino, namun Maki
juga sedang berdiri di situ sambil
cengengesan. Dengan gerakan
reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang
setengah telanjang. Melihat
keterkejutanku, kedua laki-laki itu
malah tertawa terbahak-bahak. “Ayolah Winda, Toh engkau juga
sudah sering memperlihatkan tubuh
telanjangmu kepada beberapa laki-
laki lain?”. “Kurang ajar kau Dino!” Aku
mengumpat sekenanya. Wajah laki-laki itu berubah seketika,
dari tertawa terbahak-bahak menjadi
serius, sangat serius. Dengan tatapan
yang sangat tajam dia berujar,
“Apakah engkau punya pilihan lain?
Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan
kejadian ini.” Aku tertegun, melayani dua orang
sekaligus belum pernah aku lakukan
sebelumnya. Apalagi orang-orang
yang bertampang seram seperti ini.
Tapi seperti yang dia bilang, aku tak
punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di
kepalaku hingga membuat aku
pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai
gemetaran, terasa sekali lututku
lemas sepertinya aku sudah
kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka
sama sekali belum memulainya. Akhirnya, dengan sangat berat aku
menggerakkan kedua tangan ke
arah punggungku di mana aku bisa
meraih kaitan BH yang aku pakai.
Baju yang tadi aku pakai untuk
menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan
sekali sentakan halus BH-ku telah
terlepas dan meluncur bebas dan
sebelum terjatuh ke lantai
kulemparkan benda itu ke arah Dino
yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian
dalam mangkuk bra-ku dengan
penuh perasaan. “Harum!”, katanya. Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu
dari benda itu, dan ketika
ditemukannya ia berhenti. “36B!”, katanya pendek. Rupanya ia pingin tahu berapa
ukuran dadaku ini. “BH-nya saja sudah sedemikian
harum, apalagi isinya!”, katanya
seraya memberikan BH itu kepada
Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-
ikutan menciumi benda itu. Namun
demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku
yang kini tidak tertutup apa-apa lagi. Aku kini hanya berdiri menunggu,
dan tanpa diminta Dino melangkah
mendekatiku. Ia meraih kepalaku.
Tangannya meraih kunciran rambut
dan melepaskannya hingga
rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung. “Nah, dengan begini kau kelihatan
lebih cantik!”

Ia terus berjalan memutari tubuhku
dan memelukku dari belakang. Ia
sibakkan rambutku dan
memindahkannya ke depan lewat
pundak sebelah kiriku, sehingga
bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang.
Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke
tengkuk belakangku. Lidahnya
menjelajah di sekitar leher, tengkuk
kemudian naik ke kuping dan
menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu
yang tadi memeluk pinggangku kini
mulai merayap naik dan mulai
meremas-remas kedua belah
payudaraku dengan gemas. Aku
masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama
sekali selain memejamkan mataku. Dino rupanya tidak begitu suka aku
bersikap pasif, dengan kasar ia
menarik wajahku hingga bibirnya
bisa melumat bibirku. Aku hanya
berdiam diri saja tak memberikan
reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke
dalam mulutku, dan ketika berhasil
lidahnya bergerak bebas menjilati
lidahku hingga secara tak sengaja
lidahkupun meronta-ronta. Sambil memejamkan mata aku
mencoba untuk menikmati perasaan
itu dengan utuh. Tak ada gunanya
aku menolak, hal itu akan
membuatku lebih menderita lagi.
Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan
telapak tangannya di payudaraku
sambil sekali-sekali ibu jari dan
telunjuknya memilin-milin puting
susuku, pertahananku akhirnya
bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai
dengan permaian seperti ini hingga
dengan mudahnya Dino mulai
membangkitkan nafsuku. Bahkan
kini aku mulai memberanikan
menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di
belakangku. Sementara dengan ekor
mataku aku melihat Maki beranjak
berjalan menuju sofa dan duduk di
sana, sambil pandangan matanya
tidak pernah lepas dari kami berdua. Mungkin karena merasa sudah
menguasai diriku, ciuman Dino terus
merambat turun ke leherku,
menghisapnya hingga aku
menggelinjang. Lalu merosot lagi
menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya
hinggap di salah satu pucuk bukit di
dadaku, Dengan satu remasan yang
gemas hingga membuat puting
susuku melejit Dino untuk
mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu
bergerak memutari seluruh daerah
puting susuku sebelum mulutnya
mengenyot habis puting susuku itu.
Ia menghisapnya dengan gemas
sampai pipinya kempot. Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan
disengat listrik, terasa geli yang luar
biasa bercampur sedikit nyeri di
bagian itu. Aku menggelinjang,
melenguh apalagi ketika puting
susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu
dipermainkan pula dengan lidah
Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya
kesana kemari. Dikecupinya, dan
disedotnya kuat-kuat sampai
putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks
meremas dan menarik kepalanya
sehingga semakin membenam di
kedua gunung kembarku yang putih
dan padat. Aku sungguh tak tahu
mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku
justeru tenggelam dalam permaianan
itu? Semula aku hanya merasa
terpaksa demi menutupi rahasia atas
perbuatanku. Tapi kemudian
nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh
sekali, Tanpa sadar aku mulai
mengikuti permainan yang dipimpin
dengan cemerlang oleh Dino. “Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku
perlakukan seperti ini?”. Aku hanya
mengangguk. Dan memejamkan
matanya. membiarkan payudaraku
terus diremas-remas dan puting
susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang
luar biasa. Puting susu yang mungil
itu hanya sebentar saja sudah
berubah membengkak, keras dan
mencuat semakin runcing. “Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat
merasakan jari-jari tangan lelaki itu
mulai menyusup ke balik celana
dalamku dan merayap mencari liang
yang ada di selangkanganku. Dan
ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-
usap permukaannya, terus
mengusap-usap dan ketika sudah
terasa basah jarinya mulai merayap
masuk untuk kemudian menyentuh
dinding-dinding dalam liang itu. Dalam posisi masih berdiri
berhadapan, sambil terus
mencumbui payudaraku, Dino
meneruskan aksinya di dalam liang
gelap yang sudah basah itu. Makin
lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan,
kedua buah jari yang ada di dalam
liang vaginaku itu bergerak-gerak
dengan liar. Bahkan kadang-kadang
mencoba merenggangkan liang
vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia
menggerak-gerakkan jarinya keluar
masuk ke dalam liang vaginaku
seolah-olah sedang menyetubuhiku.
Aku tak kuasa untuk menahan diri.

“Nggghh…!”, mulutku mulai
meracau. Aku sungguh kewalahan
dibuatnya hingga lututku terasa
lemas hingga akhirnya akupun tak
kuasa menahan tubuhku hingga
merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku
yang terengah-engah. Aku sungguh
tidak memperhatikan lagi yang
kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah
berdiri telanjang bulat di hadapanku.
Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan
angkuhnya berdiri mengangkang
persis di depanku sehingga wajahku
persis menghadap ke bagian
selangkangannya. Disitu, aku melihat
batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang
kehitaman dengan bulu hitam yang
lebat di daerah pangkalnya. Dengan sekali rengkuh, ia meraih
kepalaku untuk ditarik mendekati
daerah di bawah perutnya itu. Aku
tahu apa yang dimauinya, bahkan
sangat tahu ini adalah perbuatan
yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral
seks terhadap kelaminnya. Maka, dengan kepalang basah,
kulakukan apa yang harus
kulakukan. Benda itu telah masuk ke
dalam mulutku dan menjadi
permainan lidahku yang berputar
mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu
berhenti ketika menemukan lubang
yang berada persis di ujungnya. Lalu
dengan segala kemampuanku aku
mulai mengelomoh batang itu sambil
kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya
bergetar hebat menahan rasa yang
tak tertahankan. Pada saat itu aku sempat melirik ke
arah sofa di mana Maki berada, dan
ternyata laki-laki ini sudah mulai
terbawa nafsu menyaksikan
perbuatan kami berdua. Buktinya, ia
telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya
naik turun sambil berkali-kali
menelan ludah. Konsentrasiku buyar
ketika Dino menarik kepalaku
hingga menjauh dari
selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas
kasur yang terhampar di situ. Lalu
dengan cepat ia melucuti celana
dalamku dan dibuangnya jauh-jauh
seakan-akan ia takut aku akan
memakainya kembali. Untuk beberapa detik mata Dino
nanar memandang bagian bawah
tubuhku yang sudah tak tertutup
apa-apa lagi. Si Makipun sampai
berdiri mendekat ke arah kami
berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan. Namun beberapa detik kemudian,
Dino mulai merenggangkan kedua
belah pahaku lebar-lebar. Paha
kiriku diangkatnya dan
disangkutkan ke pundaknya. Lalu
dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya
dan diusap-usapkan ke permukaan
bibir vaginaku yang sudah sangat
basah. Ada rasa geli menyerang di
situ hingga aku menggelinjang dan
memejamkan mata. Sedetik kemudian, aku merasakan
ada benda lonjong yang mulai
menyeruak ke dalam liang vaginaku.
Aku menahan nafas ketika terasa
ada benda asing mulai menyeruak di
situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat
pertama kali ada kejantanan laki-laki
menyeruak masuk ke dalam liang
vaginaku. Dengan perlahan namun pasti,
kejantanan Dino meluncur masuk
semakin dalam. Dan ketika sudah
masuk setengahnya ia bahkan
memasukkan sisanya dengan satu
sentakan kasar hingga aku benar- benar berteriak karena terasa nyeri.
Dan setelah itu, tanpa memberiku
kesempatan untuk membiasakan diri
dulu, Dino sudah bergoyang mencari
kepuasannya sendiri. Dino menggerak-gerakkan
pinggulnya dengan kencang dan
kasar menghunjam-hunjam ke dalam
tubuhku hingga aku memekik keras
setiap kali kejantanan Dino
menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat
yang tak terkira. Ada sensasi aneh
yang baru pertama kali kurasakan di
mana di sela-sela rasa ngilu itu aku
juga merasakan rasa nikmat yang tak
terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku
sampai menangis menggebu-gebu,
sakit keluhku setiap kali Dino
menghunjam, tapi aku semakin
mempererat pelukanku, Pedih, tapi
aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap
diriku. Aku semakin merintih. Air mataku
meleleh keluar. kami terus bergulat
dalam posisi demikian. Sampai tiba-
tiba ada rasa nikmat yang luar biasa
di sekujur tubuhku. Aku telah
orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci.
Tubuhku mengejang selama
beberapa puluh detik. Sebelum
melemas. Namun Dino rupanya
belum selesai. Ia kini membalikkan
tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan
kedua lututku. Ia ingin
meneruskannya dengan doggy style.
Aku hanya pasrah saja. Kini ia menyetubuhiku dari belakang.
Tangannya kini dengan leluasa
berpindah-pindah dari pinggang,
meremas pantat dan meremas
payudaraku yang menggelantung
berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia
bisa dengan leluasa
menggoyangkan tubuhnya dengan
cepat dan semakin kasar. Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah
duduk mengangkang di depanku.
Laki-laki ini juga telah telanjang bulat.
Ia menyodorkan batang penisnya ke
dalam mulutku, tangannya meraih
kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang
kejantanannya itu ke dalam mulutku.

Kini aku melayani dua orang
sekaligus. Dino yang sedang
menyetubuhiku dari belakang. Dan
Maki yang sedang memaksaku
melakukan oral seks terhadap
dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan
untuk menikmati payudaraku. Aku
mengerang pelan setiap kali ia
menghisap puting susuku. Dengan
dua orang yang mengeroyokku aku
sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku
merasa sangat terangsang dengan
posisi seperti ini. Mereka menyetubuhiku dari dua
arah, yang satu akan menyebabkan
penis pada tubuh mereka yang
berada di arah lainnya semakin
menghunjam. Kadang-kadang aku
hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku
mengalah dan hanya diam saja. Dino
yang mengatur segala gerakan. Perlahan-lahan kenikmatan yang
tidak terlukiskan menjalar di sekujur
tubuhku. Perasaan tidak berdaya
saat bermain seks ternyata
mengakibatkan diriku melambung di
luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku
mengejang, deras dan tanpa henti.
Aku mengalami orgasme yang
datang dengan beruntun seperti tak
berkesudahan. Tidak lama kemudian Dino
mengalami orgasme. Batang
penisnya menyemprotkan air mani
dengan deras ke dalam liang
vaginaku. Benda itu menyentak-
nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku.
Aku bisa merasakan air mani yang
disemprotkannya banyak sekali,
hingga sebagian meluap keluar
meleleh di salah satu pahaku.
Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino.
Masih dalam posisi doggy style.
Batang kejantanannya dengan mulus
meluncur masuk dalam sekali sampai
menyentuh bibir rahimku. Ia bisa
mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah
sangat licin dilumasi cairan yang
keluar dari dalamnya dan sudah
bercampur dengan air mani Dino
yang sangat banyak. Permainan
dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino
dengan nafas yang tersengal-sengal
telah duduk telentang di atas sofa
yang tadi diduduki Maki untuk
mengumpulkan tenaga. Aku
mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki
terus memacu gerakkannya. Semakin
lama semakin keras dan kasar
hingga membuat aku merintih dan
mengaduh tak berkesudahan. Pada saat itu masuk Bram dan Tito
bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa
basa-basi, mereka pun langsung
melucuti pakaiannya hingga
telanjang bulat. Lalu mereka duduk
di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara
aku dan Maki. Bram nampak
kelihatan tidak sabaran Tetapi aku
sudah tidak peduli lagi. Maki terus
memacu menggebu-gebu. Laki-laki
itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung
berat ke bawah. Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan
kembali telentang di atas kasur dan
pada saat itu Bram dengan tangkas
menyodorkan batang kejantanannya
ke dalam mulutku. Aku sudah
setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti
tubuhku. Keadaanku sudah
sedemikian acak-acakan. Rambut
yang kusut masai. Tubuhku sudah
bersimpah peluh. Tidak hanya
keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat
dari para laki-laki yang bergantian
menggauliku. Aku kini hanya
telentang pasrah ditindihi tubuh
gemuk Tito yang bergoyang-goyang
di atasnya. Laki-laki gemuk itu
mengangkangkan kedua belah
pahaku lebar-lebar sambil terus
menghunjam-hunjamkan miliknya
ke dalam milikku. Sementara Bram
tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus
saja menjejal-jejalkan miliknya ke
dalam mulutku. Aku sendiri sudah
tidak bisa mengotrol diriku lagi.
Guncangan demi guncangan yang
diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin
terangsang. Bukan lagi kuluman dan
jilatan yang harusnya aku lakukan
dengan lidah dan mulutku. Dan ketika Tito melenguh panjang, ia
mencapai orgasmenya dengan
meremas kedua belah payudaraku
kuat-kuat hingga aku berteriak
mengaduh kesakitan. Lalu beberapa
saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan
diri dari diriku. Dan pada saat hampir
bersamaan Bram juga mengerang
keras. Batang kejantanannya yang
masih berada di dalam mulutku
bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat.
Aku meronta, ingin mengeluarkan
banda itu dari dalam mulutku, namun
tangan Bram yang kokoh tetap
menahan kepalaku dan aku tak
kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan
kental yang hangat itu akhirnya
tertelan olehku. Banyak sekali.
Bahkan sampai meluap keluar
membasahi daerah sekitar bibirku
sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan
cepat mencoba menelan semua yang
ada supaya tidak terlalu terasa di
dalam mulutku. Aku memejamkan
mata erat-erat, tubuhku mengejang
melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi
aneh yang luar biasa juga di dalam
diriku. Sungguh sangat erotis
merasakan siksa birahi semacam ini
hingga akupun akhirnya orgasme
panjang untuk ke sekian kalinya.

Dengan ekor mataku aku kembali
melihat seseorang masuk ke
ruangan yang ternyata si bule dan
orang itu juga mulai membuka
celananya. Aku menggigit bibir, dan
mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika
Marchell mulai menindihi tubuhku.
Pasrah. Tidak lama kemudian setelah orang
terakhir melaksanakan hasratnya
pada diriku mereka keluar. aku
merasa seluruh tubuhku luluh lantak.
Setelah berhasil mengumpulkan
cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari
tempat tidur, mengenakan
pakaianku seadanya dan pergi
mencari kamar mandi. Aku berpapasan dengan Dino yang
muncul dari dalam sebuah ruangan
yang pintunya terbuka. Lelaki itu
sedang sibuk mengancingkan
retsluiting celananya. Masih sempat
terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang
telanjang sedang ditindihi oleh tubuh
Maki yang bergerak-gerak cepat.
Memacu naik turun. Gadis itu
menggelinjang-gelinjang setiap kali
Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku. “Di mana aku bisa menemukan
kamar mandi?” tanyaku pada Dino. Tanpa menjawab, ia hanya
menunjukkan tangannya ke sebuah
pintu. Tanpa basa-basi lagi aku
segera beranjak menuju pintu itu. Di sana aku mandi berendam air
panas sambil mengangis. Aku tidak
tahu saya sudah terjerumus ke dalam
apa kini. Yang membuat aku benci
kepada diriku sendiri, walaupun aku
merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun
demikian setiap kali teringat kejadian
barusan, langsung saja
selangkanganku basah lagi. Aku berendam di sana sangat lama,
mungkin lebih dari satu jam lamanya.
Setelah terasa kepenatan tubuhku
agak berkurang aku menyudahi
mandiku. Dengan berjalan tertatih-
tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu
keluar. Sudah hampir jam sebelas
malam ketika aku keluar dari rumah
itu. Sampai di dalam rumah, Aku
langsung ngeloyor masuk ke kamar.
Aku tak peduli dengan kakakku
yang terheran-heran melihat tingkah
lakuku yang tidak biasa, aku tak
menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara
lagi malam ini. Aku tumpahkan
segala perasaan campur aduk itu,
kekesalan, dan sakit hati dengan
menangis.

TAMAT
 ads    ads   ads  ads